"Maaf untuk tadi, Aiyla. Teman dan keluargaku datang dan—"
Aiyla menggelengkan kepalanya sebagai penginterupsian. "Aku paham. Tidak perlu meminta maaf. Bukan salahmu, aku yang mematikan panggilannya."
"Ini sudah malam, lalu mengapa kau masih terjaga?"
Hening menyapa untuk beberapa saat. Aiyla memperbaiki posisinya. Beberapa jam lalu panggilan video tadi terpaksa Aiyla hentikan, mengingat setelah kedatangan Tatjana, Daffa tidak lagi mengajaknya bicara. Dan justru membiarkannya begitu saja. Hingga akhirnya beberapa orang datang, dan Aiyla memutuskan untuk mengakhiri panggilan. Karena merasa itu hanya membuang-buang waktu saja. Tanpa diduga ternyata Daffa kini meneleponnya lagi.
Aiyla ingin marah, karena seharusnya Daffa mengakhiri atau setidaknya berbicara bahwa dirinya sedang tidak bisa bicara. Namun, rasanya itu terlalu kekanak-kanakkan baginya. Lagi pula, untuk apa marah jika di antara mereka saja tidak terjalin hubungan apa pun. Begitu pikirnya.
"Daffa, apa kau benar-benar jatuh dari motor?"
Di sana, Daffa terlihat mengangguk. "Hanya itu."
"Tidak, aku tahu kau berbohong. Apa yang perlu dijahit? Luka di lenganmu itu, ya?" tanya Aiyla memberondong.
"Sebenarnya ..." Daffa terdiam beberapa saat, pandangannya tertuju ke suatu arah. "seseorang menusukku dengan pisau."
Aiyla berhenti mengerjap, tatapannya tertuju lurus ke arah layar ponsel. "Bagaimana bisa?"
"Apa kau memiliki seorang musuh? Astaga! Orang sebaik dirimu memiliki musuh?"
Daffa terkekeh pelan. "Bukan aku, tapi perempuan tadi. Kau melihatnya?"
Ada segelintir perasaan aneh yang kembali muncul setelah beberapa saat lalu Aiyla rasakan. Raut cemasnya sedikit pudar. "Perempuan yang pertama datang?"
"Iya. Dia dikejar seseorang, bahkan nyaris dicelakai. Seharusnya pisau itu melukainya, tetapi orang itu memberi perlawanan dan menghunuskan pisaunya ke lenganku. Tapi aku baik-baik saja, perempuan tadi pun baik-baik saja. Namanya ... Tatjana."
Apakah hunusan pisau di lengan Daffa sebanding dengan hunusan sesuatu yang terasa memilukan di hatinya saat ini? Aiyla tidak tahu apa yang sedang terjadi atau bahkan apa yang aneh dalam dirinya. Yang jelas, saat ini dirinya merasa seperti bukan apa-apa di dalam hidup Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWORTHY [TAMAT]
Dragoste[Seri 2 | Nuraga / Book2*] "Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu. Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri. - Harap yang tercipta akibat diselamatkan dan juga diberi kehidu...