15 - Haruskah Pergi?

485 45 6
                                    

I call out Kak fickanura . Dedicated dis chapter for u💖

Eid Mubarak everyone!
Minal Aidzin walfaidzin. Mohon dibukakan pintu maaf selebar-lebarnya, barangkali author sering berbuat kesalahan sama kalian.💙

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Taqabbal Ya Karim

Have a great Eid, have a great day. Happy reading💙

Pintu kamar hotel didorong oleh Daffa setelah memasukkan kuncinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu kamar hotel didorong oleh Daffa setelah memasukkan kuncinya. Ia dengar, hotel sedang mengalami masalah dengan penerangan. Sehingga saat kakinya melangkah masuk, pandangannya tak terkejut saat hanya mendapati kegelapan di dalam sana.

Cuaca yang buruk seharian ini membuat aliran listrik sedikit terganggu. Namun, tak disangka jika listrik justru akan padam saat malam hari seperti ini.

Samar-samar Daffa melihat Aiyla sedang terduduk di atas ranjang, meringkuk memeluk dirinya seraya menenggelamkan wajah di antara lipatan kedua kakinya. Aiyla tampak bergerak gelisah, tidak terlihat jelas karena itu hanya pergerakan samar.

Daffa melepas sepatu, menaruhnya di atas rak dekat pintu. Setelahnya menghampiri Aiyla. "Kau masih terjaga?"

Mendengar suara Daffa membuat Aiyla melompat dari atas ranjang dan seketika memeluknya cukup erat.

Sementara Daffa tidak bisa melakukan apa pun selain mematung karena terkejut. Pendengarannya menangkap isakan-isakan kecil yang lolos dari bibir Aiyla. "Kenapa?"

"Gelap!" ujar Aiyla dengan suara bergetar, persis seorang bocah perempuan yang sedang mengadu pada ayahnya. "Mendadak kegelapan membuatku teringat dengan kejadian malam itu. Aku takut. Aku takut, Daffa ...,"

"Tenanglah," Daffa melepaskan remasan tangan Aiyla pada jaket bagian dadanya saat merasa ada sesuatu yang baru saja terlepas dari lehernya. Kemudian membuat tubuh Aiyla bergerak mundur, berakhir kembali terduduk di atas ranjang. Berjalan menuju meja, Daffa mengambil segelas air untuk Aiyla. "Minum."

Aiyla tidak menolak, ia pun menenggaknya hingga tandas. "Kenapa sejak tadi lampunya padam?"

"Terjadi korsleting akibat cuaca, mungkin akan dibenarkan besok pagi," Daffa kembali menerima gelas yang sudah kosong dari Aiyla, kemudian kembali berdiri di hadapannya. "Sebentar lagi akan ada yang mengantar lilin atau semacamnya, keadaannya tidak akan segelap ini."

Tepat saat itu juga, terdengar ketukan di pintu. Daffa pun buru-buru menghampiri, menerima beberapa buah lilin beserta tempat dan korek apinya.

Menaruh lilin-lilin tersebut di beberapa titik kamar, tak lupa Daffa menyalakannya. Lilin terakhir ia taruh di atas nakas dekat dengan ranjang. "Sudah. Sekarang tidak terlalu gelap. Sebaiknya kau tidur, aku akan terjaga untukmu."

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang