Pandangannya mengitar ke berbagai arah, sementara tangannya sibuk mengontrol kemudi mobil. Daffa membuang napasnya berat berulang kali.
Hari sudah semakin gelap, bahkan Daffa yakin jika sebentar lagi air akan berjatuhan dari langit. Dan dirinya sama sekali belum menemukan keberadaan Tatjana.
Daffa meraih ponsel yang beberapa saat lalu ia letakkan di atas console box. Berharap ada notifikasi dari Adnan. Namun, yang ada justru notifikasi pesan dari Aiyla.
Sembari terus mengemudikan mobilnya, Daffa menyempatkan diri untuk membaca pesan Aiyla di Instagram.
Aiyladroshan:
Daffa, Shahinaz bilang kau yang memberiku makanan ini. Terima kasih:)Seketika Daffa teringat bahwa pagi tadi dirinya meminta tolong kepada Shahinaz untuk membelikan doner kebab kesukaan Aiyla, setidaknya jika diberikan makanan kesukaan suasana hatinya akan sedikit membaik. Dan itu memang terbukti benar.
Alih-alih membalasnya, Daffa lebih memilih untuk menghubungi Tatjana. Namun, panggilannya tak satu pun diterima.
Entah mengapa akhir-akhir ini dirinya merasa terus saja dimintai bantuan oleh perempuan yang sedang dikejar-kejar seseorang. Pertama Aiyla, sekarang Tatjana. Daffa menggelengkan kepala berusaha mengenyahkan pikirannya dan lebih memfokuskan pandangan untuk mencari adik sohibnya itu.
Lima belas menit berputar-putar di sekitar, pada akhirnya mobil itu berhenti tak jauh dari posisi dua orang yang saling berhadapan. Matanya membulat, sadar jika si lelaki membawa senjata tajam.
Daffa keluar dari dalam mobil, beringsut menghampiri. Saat sadar jika Tatjana akan mengalihkan pandangan ke arahnya, Daffa menggelengkan kepala mencegahnya.
Perlahan ia memperagakan sebuah gerakan kepada Tatjana. Kedua tangannya dibuat terangkat setinggi dada, kemudian dibuat seperti dirinya sedang meremas sesuatu. Daffa mengangguk saat Tatjana diam-diam mengikutinya; meremas bahu lelaki itu.
Daffa mengangkat tungkai atasnya, seolah dirinya sedang menendang sesuatu dengan lututnya.
"Bangsat!" umpat lelaki itu tepat ketika Tatjana menendang kelemahannya.
Tatjana berlari ke belakang Daffa, tak terlalu jauh. Sementara kini giliran Daffa yang menghadapi lelaki misterius itu. "Apa yang kamu inginkan?"
Lelaki itu berdecak, tangan yang menggenggam pisau tadi kembali terangkat. Tetapi kini Daffalah yang menjadi sasarannya. "Jangan ikut campur!"
Tepat ketika lelaki itu hendak menghunuskan pisau, Daffa yang sudah lebih dulu membangun ancang-ancang pun langsung melayangkan kaki untuk menendang tangan lelaki itu. Sehingga saat itu juga pisau itu terlepas, terjatuh ke jalanan yang langsung ditendang jauh oleh Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWORTHY [TAMAT]
Romance[Seri 2 | Nuraga / Book2*] "Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu. Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri. - Harap yang tercipta akibat diselamatkan dan juga diberi kehidu...