01 - Tempat Pulang

1.4K 69 14
                                    

Ankara, Turki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ankara, Turki.

KEHILANGAN satu-satunya orang yang paling berarti di dalam hidupmu pasti menyakitkan, bukan? Bukan karena ia pergi menghindarimu, tetapi ini lebih lagi. Ia pergi begitu jauh, kepada Sang Pencipta alam semesta.

Terkadang, Aiyla berbicara pada alam bahwa dirinya begitu kesepian di dunia ini. Ia bercengkerama bersama Tuhannya tiap kali merasa bahwa dunia ini begitu kejam padanya.

Perempuan itu mengalami hal buruk sejak usianya masih sangat muda. Ayahnya tiada karena terkena serangan jantung saat mendapati sang istri yang selalu dibanggakan ternyata memiliki hubungan gelap dengan tetangganya. Lalu, ibunya kembali menikah dengan selingkuhannya setelah Ankarian Demir Roshan—suaminya tiada.

Belum lagi hari-hari yang semula begitu mudah untuk dijalani harus Aiyla lalui seorang diri dengan susah hati. Menghadapi takdir yang sering kali tak sejalan dengan keinginannya bukanlah hal mudah.

"Nona Roshan, apa kau memperhatikan pelajaran?"

Seruan sang dosen membuat Aiyla mengerjap. Tanpa disadari ia telah meremas catatan yang baru selesai ditulis tangan beberapa saat lalu. Ia mendengkus karena harus menyalinnya lagi. "Maaf," lirihnya.

Tak ingin ditegur lagi, Aiyla pun berusaha fokus dan melepas bayang-bayang masa lalunya. Meski nyatanya ia duduk di belakang, tetap saja mata sang pengajar menangkapnya yang tengah melamun.

"Sesuatu mengganggu pikiranmu?" bisik Ozan yang duduk di sampingnya.

Aiyla mengerling singkat lalu menggelengkan kepala, tak lupa menyematkan senyuman tipis di sudut bibirnya.

Tepat ketika dosen di kelasnya mengakhiri pelajaran, semua mahasiswa pun mulai berangsur pergi meninggalkan kelas yang cukup luas itu.

Semantara itu Aiyla hanya diam di kursinya, menatap kosong ke arah buku catatannya.

"Hai!" seru seseorang yang mengambil duduk di sampingnya. Membuat Aiyla menoleh dan mendapati sosok Ozan yang tadi sempat pergi. "Apa kau tidak pulang?"

"Mungkin sebentar lagi," jawab Aiyla. "Bagaimana denganmu?"

"Aku ingin menemanimu," Ozan meraih buku catatan yang beberapa lembar kertasnya sudah lecek. "Hm, bagaimana jika kau ikut denganku?"

Dengan dahi berkerut Aiyla menatap teman yang paling dekat dengannya itu. "Ke mana?"

"Kudengar, di dekat kampus ada penjual dönner kebab kesukaanmu," ujar Ozan begitu antusias. "Kedainya cukup besar. Meskipun terbilang baru, tetapi banyak orang rela mengantre untuk membeli kebabnya. Bagaimana, mau? Aku yang traktir!"

Aiyla tertawa kecil. Ozan, lelaki itu selalu saja berusaha untuk membuat dirinya nyaman bersamanya. Sudah sering ia menolak untuk pergi bersama. Bukan tanpa alasan, tetapi terlalu dekat dengan Ozan membuatnya merasa tidak nyaman. Meski untuk sekadar menjalin pertemanan, tetapi rasanya terlalu banyak sekat perbedaan di antara mereka.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang