Dentingan berasal dari dua benda yang diketukkan tak juga membuat Aiyla tersadar. Perempuan itu terlalu larut dalam pikirannya sendiri, bahkan untuk berpikir rasional saja ia tidak bisa. Yang ada dalam benaknya saat ini hanya satu, mengapa mereka sedekat itu?
Aiyla telah salah menduga. Tatjana tak sama seperti perempuan yang beberapa hari lalu ia temui di dalam ruang rawat Daffa. Untuk ukuran orang yang sedang dikejar-kejar penguntit, perempuan itu tampak sangat baik-baik saja.
Membayangkan jika selama beberapa hari ini Daffa dan Tatjana banyak menghabiskan waktu bersama membuat dadanya berdenyut nyeri. Lagi. Ada perasaan marah, kecewa dan juga sakit di dalam hatinya. Namun, Aiyla bingung harus mengekspresikan perasaannya dengan cara seperti apa sementara saat ini tubuhnya hanya bisa mematung di tempatnya.
"Kak Aiyla!"
"Ada apa denganmu?"
Saat baru saja rungunya disapa oleh suara Daffa, barulah Aiyla mulai mengerjap. Sadar jika sudah bertingkah aneh, ia pun berdeham untuk mencairkan kecanggungan. "Apa ... aku mengganggu kalian?"
Pertanyaan tersebut Aiyla tujukan kepada Daffa dan Tatjana. Aiyla tahu, ada raut kesal yang tersembunyi di balik wajah kalem Tatjana. Mungkin karena dugaannya benar. Tatjana merasa terganggu dengan kedatangannya, hanya saja perempuan itu pandai menyembunyikan perasaannya.
“Tidak apa-apa,” Tari mengusap bahu Aiyla. “Hm ... Apa kau bisa memasak?"
Sedikit menolehkan kepala, Aiyla menjawab, "Aku bisa. Hanya saja, pengetahuanku tentang masakan Indonesia sangat minim."
"Daffa bisa memasak, dia bisa mengajarimu."
Aiyla mengangguk canggung. Ragu-ragu matanya mengerling ke arah Tatjana, ingin tahu bagaimana reaksinya. Dan benar, saat itu pula Tatjana langsung menyibukkan diri dengan menyiangi daging ayam.
Meletakkan tas di atas salah satu kursi meja makan, tangannya bergerak mengikat rambutnya asal sebelum bergabung bersama Daffa dan Tatjana.
"Ayo, Kay. Bantu mereka juga. Bunda ingin menemui ayah dulu."
Kayla mengangguk, lebih memilih membantu Tatjana agar Daffa sibuk bersama Aiyla. Sudah pantas, kan, dirinya sebagai pendukung calon kakak ipar?
"Tolong kau kupas bawangnya. Pakai pisau, agar lebih cepat," perintah Daffa halus.
Aiyla mengangguk, meraih mangkuk berisi bawang merah dan mengupasinya satu per satu.
Tanpa sengaja Daffa mendapati air mata mengaliri pipi perempuan di sampingnya. Ia terkekeh. "Pedih, ya?"
Mengendikkan bahu, Aiyla pun menyerahkan mangkuk tersebut setelah selesai mengupas semuanya. "Apa lagi?"
Di tengah aktivitas mereka, diam-diam Tatjana memperhatikan interaksi keduanya. Baginya, meskipun baik Aiyla tetaplah duri dalam perjuangan cintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWORTHY [TAMAT]
Romance[Seri 2 | Nuraga / Book2*] "Kita pergi sekarang!" pekik lelaki itu. Aiyla mengangguk tanpa ragu. Ia rasa, bersama lelaki ini akan jauh lebih aman daripada bersama keluarganya sendiri. - Harap yang tercipta akibat diselamatkan dan juga diberi kehidu...