35 - Perempuanku

409 32 73
                                    

Ya, ampun. Nggak nyangka up secepet ini😭 de besteee!

Sekali lgi, pastikan dua part sebelumnya nggak terlewat. Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyak, yaa!!😆❤

Oh yaaaa, part ini ada manis-manisnya gitu😋

"Keenan," Aiyla bergerak gelisah di tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keenan," Aiyla bergerak gelisah di tempatnya. Pasalnya, sudah bermenit-menit Keenan memeluknya. Alih-alih dilepaskan, Keenan justru mempererat pelukannya. "Jika orang lain melihatnya, akan buruk sekali kelihatannya."

"Sebentar saja," balas Keenan terdengar memaksa.

"Kita baru saja berkenalan, kenapa kau memelukku seperti ini?" Bukan apa-apa, bersama Ozan yang telah lama Aiyla kenali saja tidak pernah seperti ini jika itu bukan ketika insiden di mana Aiyla nyaris jatuh dari pembatas jembatan tempo lalu. Lagi pula, bukan bantuan seperti ini yang ia maksud.

"Kau berniat membantuku, 'kan? Ya sudah, diam. Aku membutuhkannya, anggap saja kau telah membantuku."

"Itu bukan bantuan, tapi pelecehan. Memanfaatkan kebaikan orang, namanya!"

Tidak, itu bukan suara Aiyla. Perempuan itu menolehkan kepala ke arah belakang dan seketika terbeliak melihat sosok yang berdiri di sana. "D-Daffa?"

Rahangnya sudah terasa mengeras, Daffa bergerak pelan dengan mata mengintai ke arah Keenan. Sudah nyaris seperti seekor ceetah yang tengah memburu mangsanya. Dan dengan gerakan cepat, Daffa sudah meremas hoodie di bagian dada milik Keenan, menariknya mendekat dengan cukup kasar. "Berani-beraninya kamu menyentuh perempuan saya!"

Entah karena tidak sadar atau karena faktor amarah, Daffa benar-benar baru saja menyebut Aiyla sebagai perempuannya. Namun, sayangnya Aiyla tidak akan memahaminya. "Kamu sudah melecehkannya! Sialan!"

Ke dua kali, Daffa mengumpat karena tak bisa membendung kekesalannya.

Keenan menyeringai di bawah kuasa Daffa. "Perempuanmu? Pelukannya sangat nyaman."

Bugh.

Deru napas terdengar kasar, dadanya bergerak naik-turun begitu kesal meski sudah berhasil merobek sudut bibir Keenan hanya dengan sekali tinjuan. Daffa menatapnya seperti orang kesetanan, dalam dan menusuk. Lagi, Daffa menarik hoodie berwarna hitam yang seolah familier di penglihatannya. "Sekali lagi kamu menyentuhnya-tunggu, tunggu ...."

Daffa memeriksa bagian leher dekat ritsleting hoodie tersebut yang tampak terkoyak. Lalu berlanjut memperhatikan yang lainnya. Hoodie hitam, dengan tiga garis merah di bagian dada kiri.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang