40 - Kenyataan

369 34 26
                                    

Seneng nggak aku up cepet?^^ Jangan lupa ramein, ya!🔥

Suasana begitu menyesakkan dada, Aiyla yang turut hadir di pemakaman jenazah Adnan sore itu merasa kembali ditarik mundur pada kejadian di mana dirinya harus menyaksikan Ankarian tiada dengan matanya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana begitu menyesakkan dada, Aiyla yang turut hadir di pemakaman jenazah Adnan sore itu merasa kembali ditarik mundur pada kejadian di mana dirinya harus menyaksikan Ankarian tiada dengan matanya sendiri. Air mata tak mampu terelakkan, merasa paham dengan perasaan Tatjana dan keluarganya saat ini.

Beberapa jam lalu kedua orangtua dan beberapa sanak keluarga Tatjana dan Adnan datang ke Jakarta. Proses pemakaman pun berjalan singkat dan tampak dimudahkan tanpa sedikit pun kendala.

Semua orang yang datang mengenakan pakaian putih, ikut menghormati suasana berkabung pihak-pihak yang ditinggalkan co-pilot muda itu.

Aiyla sendiri masih tak menyangka jika Adnan akan pergi di saat operasinya sudah dinyatakan selesai dan berhasil. Lagi-lagi, ketetapan Tuhan memang tidak ada yang bisa menduganya.

"Pulang?"

Perempuan itu menoleh saat mendengar seseorang bertanya padanya. Menyeka air mata, Aiyla mengangguk. "Aku akan ke apartemen."

"Ke rumahku saja, temani Tatjana, ya?" pinta Daffa.

"Tidak. Maksudku, bukan aku tak mau menemaninya. Hanya saja, orang-orang terdekatnyalah yang dia butuhkan. Aku tidak tahu banyak tentangnya, khawatir justru membuatnya semakin sedih," papar Aiyla panjang-lebar, tak ingin membuat Daffa kembali salah paham dengan sikapnya kepada Tatjana.

Daffa mengangguk. "Kayla akan mengantar—"

"Tidak perlu," tolak Aiyla cepat. Kenapa tidak menawari untuk diantar langsung olehnya saja? Apa-apaan?! Dirinya sendiri yang sudah mengatakan bahwa akan menjauhi Daffa. "Aku bisa pulang sendiri."

"Baiklah."

Aiyla mengangguk. "Sampaikan turut berduka citaku untuknya dan semua keluarga. Kau juga, Daffa. Tabahlah."

Daffa menundukkan kepalanya. "Dia sahabatku sejak lama."

"Aku tahu pasti berat, hanya saja ... kau pernah berkata jika semua orang memang akan tiada. Aku harap kau bisa tabah dan berlapang dada," Matanya sedikit mengerling ke arah di mana Tatjana sedang dipeluk oleh ibunya. "Tatjana memerlukanmu, jadi kau harus kuat."

"Lalu aku?" Ada intonasi yang berbeda dari cara Daffa berbicara. "Aku ...."

Ada aku, kau bisa bersandar padaku. Semua akan baik-baik saja. Hati Aiyla berteriak, akan tetapi akal sehat membuatnya menggeleng samar. "Semua akan baik-baik saja, Daffa. Tuhan lebih menyayanginya, oleh karena itu Dia angkat deritanya. Semoga Tuhan juga memberikan kekuatan kepada keluarga yang ditinggalkan."

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang