33 - Sebuah Ungkapan

380 36 49
                                    

Thank u untuk vote dan komennya di chapter sebelumnya, votenya ningkat lgi aku seneng😍

Jangan lupa ramein part ini, yaaa🔥

"Abang, sih pakai bentak-bentak kak Aiyla segala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang, sih pakai bentak-bentak kak Aiyla segala. Pergi, kan!" dumel Kayla kesal, meski nyatanya ia pun tak bisa membela Aiyla saat Daffa memarahinya.

Daffa membuang napasnya dalam-dalam. Bentakannya mulai terdengar silih berganti dengan ucapan Aiyla di jalan sore tadi. Dirinya sendiri bahkan bingung dari mana makian itu berasal. Dan saat ini, Daffa baru menyesalinya.

Ia masih ingat bagaimana cara Aiyla menatapnya dengan terluka. Bodoh memang. Tetapi, mengapa dirinya justru merasa sakit hati mengingat perlakuan buruknya kepada Aiyla?

Meski sudah meminta maaf, tadi sore Aiyla tetap pulang sendirian. Rupanya ucapan Daffa memang sangat melukai hati perempuan tersebut.

"Istigfar, Bang. Sejak kapan Abang bicara begitu sama perempuan?"

Daffa menggelengkan kepala. "Mungkin karena terlalu cemas dengan darah tadi?"

Kayla bangkit dari posisi duduknya. "Besok aku coba temui dia di apartemennya."

"Besok hari Minggu, pasti ke gereja."

Mata Kayla mengerjap. "Jadi ... kak Aiyla nonmuslim?"

Daffa mengangguk sekali lagi. "Kata Gani, sih, begitu."

"Abang nggak tanya?"

"Tidak. Agama itu hal sensitif, jadi tidak bisa sembarangan Abang tanyakan. Takut menyinggung," balas Daffa. Dadanya serasa kembali diremas kuat menyadari kenyataan perbedaan mereka yang cukup banyak, salah satunya tentang mereka yang tak seiman.

Kayla mengangguk, cukup bisa menoleransi. Meski ke depannya, mungkin dirinya harus lebih memikirkan berkali-kali dalam mendukung Daffa dan Aiyla. Pasalnya, perbedaan agama cukup kompleks dalam menjalin suatu hubungan. Apalagi pernikahan. Rasanya mungkin tak mungkin. Karena semua orang pasti sudah bisa menyimpulkan bagaimana akhirnya. "Aku bisa temui dia setelah selesai dari gereja."

"Tidur, gih. Sudah malam."

"Oh ya, Bang," Kayla terdiam beberapa saat. "Kak Aiyla kenapa kelihatannya sering mual-mual? Waktu dia menginap di rumah sakit, aku masih bisa lihat kak Aiyla lari ke toilet. Dan tadi waktu di apartemennya, dia muntah terus-menerus."

Daffa mematung di tempatnya. Cukup tak menyangka jika Kayla akan menaruh curiga dengan hal tersebut. "Mungkin kelelahan?"

***

Dari kejauhan, Aiyla dapat melihat seorang lelaki dengan jaket hitamnya sedang berjalan berlawanan arah begitu tergesa. Seingat Aiyla, lelaki itu merupakan orang yang mengisi unit apartemen di sampingnya.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang