34 - Tetangga Aneh

359 28 56
                                    

Heyyy, special up nih. Jngan lupa vote dan komen, ya. Part sebelumnya jngn smpai terlewat🔥

Happy reading, part ini nggak sedih"an dulu, kok😭😂

Happy reading, part ini nggak sedih"an dulu, kok😭😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana, Mas? Apa Aiyla mau memaafkan?"

Baru saja bokongnya menyentuh sofa di ruang tamu, Tatjana membuat Daffa mendongakkan kepalanya. Daffa sedikit meliriknya singkat sebelum menundukkan kepala. "Belum."

"Jana paham, pasti dia terkejut. Sebenarnya, Mas juga tidak seharusnya seperti itu. Jana yang tidak hati-hati saat itu. Tapi, Mas sudah lebih dulu marah-marah," ujar Tatjana. Sebenarnya ada sedikit rasa senang di dalam hatinya, terlebih ketika menyaksikan secara langsung bagaimana Daffa yang terbiasa memedulikan Aiyla, justru menyakitinya lewat perkataan.

Daffa mengangguk, tak ingin membahas tentang masalah tersebut lebih dulu. "Sore nanti saya harus pergi kembali bertugas."

Tatjana mengambil duduk di sofa tunggal tak jauh dari posisi Daffa. Dilihatnya lelaki pujaannya itu merilekskan tubuhnya dengan bersandar, lalu memejamkan mata. Kendati begitu Tatjana masih bisa melihat kerutan kecil di dahinya. "Mas masih memikirkan Aiyla, ya?"

"Tidak," jawab Daffa tanpa membuka matanya. "Hanya saja sedang bingung dengan diri sendiri."

"Kenapa? Mas bisa cerita, kok, kepada Jana."

Daffa kembali menegakkan tubuhnya, sedikit menatap Tatjana sebelum akhirnya bergerak melepas arloji hitam di pergelangan tangannya. "Seseorang mencintai saya, anehnya saya pun merasakan hal yang sama. Namun, saya enggan mengakuinya."

Pipi milik Tatjana seketika berubah merah, perempuan itu membuang muka saat dadanya bergemuruh senang. "Mas, hidup itu tidak usah dibuat rumit. Kalau cinta ungkapkan, bukan malah kode-kodean!"

Daffa tertawa halus. Memangnya selama ini ia pernah memberi kode? Sama sekali bukan gayanya. Namun, mengungkapkan pun rasanya belum tepat saja.

***


Jam makan siang sudah berlangsung sejak beberapa menit yang lalu. Namun, Aiyla lebih memilih diam di dalam ruangannya alih-alih makan siang bersama rekannya yang lain.

Punggungnya bersandar ke belakang kursi kerja, sementara matanya terpejam untuk sekadar rehat sejenak setelah lama memandangi layar laptop dan juga beberapa berkas yang memusingkan.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang