09 - Dihancurkan

504 41 2
                                        

Sejak tadi, yang didapati Aiyla dari penduduk kampus hanyalah tatapan merendahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak tadi, yang didapati Aiyla dari penduduk kampus hanyalah tatapan merendahkan. Membuat yang ditatap justru merasa tak nyaman dan ingin cepat-cepat sampai di kelasnya. Setidaknya ia akan tenggelam dengan buku-buku pelajaran di kursi paling belakang, tanpa mendapat tatapan yang ia benci dan juga gangguan lainnya.

Baru saja hendak meraih gagang pintu kelasnya, seseorang sudah membukakan pintu lebih dulu dan berjalan masuk sendirian. Tak mengambil pusing, Aiyla pun melangkah menuju kursi kosong di belakang yang sering ia tempati.

Tepat ketika dirinya duduk, kelas yang semula sepi kini didatangi oleh banyak pelajar baik dari kelasnya maupun kelas yang lainnya.

"Mohon perhatiannya, Teman-teman!" seru salah seorang perempuan di depan sana. Seingatnya ia bernama Sefa. Hal itu membuat Aiyla pun mau tak mau menaruh atensinya ke sana. "Kampus ini adalah kampus ternama yang memiliki citra yang selalu bagus di mata masyarakat. Seharusnya seseorang yang berusaha merusak nama baik kampus ini dienyahkan, bukan?"

"Itu benar!"

"Ya, itu benar!"

Aiyla mengernyit bingung. Di depan sana begitu bising, itu membuatnya semakin tak nyaman berada di sini. Terlebih, Ozan pun tampak bergabung bersama mereka. Menyisakan Aiyla yang duduk sendirian di belakang sini.

"Telah beredar kabar bahwa salah satu mahasiswi di sini baru saja ditaruhkan ayahnya untuk bermalam bersama. Apa itu tidak akan merusak nama baik kampus?" Sefa kembali bersuara.

Beberapa orang tiba-tiba saja melempari Aiyla dengan bola-bola kertas hasil diremas. Aiyla yang mendapat serangan tanpa alasan pun berdiri tak terima. Dilihatnya satu bola kertas yang jatuh di atas mejanya. Kemudian membaca isinya.

Matanya sukses membola ketika melihat terdapat fotonya dan tiga pria dalam selebaran kampus tersebut. Di sana tertulis bahwa Aiyla rela menghilangkan kesuciannya kepada tiga pria demi membebaskan sang ayah dari jeratan hutang karena kalah dalam berjudi berkali-kali. Tak lupa di sana disebutkan bahwa Aiyla sama sekali tidak keberatan dengan permintaan ketiga pria tersebut.

Ini dilebih-lebihkan. Aiyla kembali mencangklong tasnya. Tanpa berusaha meluruskan, Aiyla lebih memilih untuk pergi dari sana. Saat melewati Ozan yang berdiri dekat pintu, ia menatap lelaki itu dengan pandangan kecewa. Seolah ingin berkata, kau juga mempercayai mereka?

Melihat Ozan yang melayangkan tatapan tak menyangka justru membuat Aiyla merasa semakin tak ada harganya berada di sini lebih lama. Ia keluar dari kelas, meninggalkan kampus dan entah akan pergi ke mana.

***

Selagi menunggu Kayla dan orangtuanya yang akan pergi menyusul ke Istanbul beberapa hari lagi, Daffa menyempatkan diri untuk menemui teman SMA-nya yang sudah beberapa tahun tinggal dan menetap di Ankara.

UNWORTHY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang