06

3.5K 492 80
                                        

Rion menatap jengah pemandangan di depannya. Bungkus rokok di mana-mana dan beberapa orang sudah tergeletak di atas kursi kayu.

"Punya anggota gini amat," gumamnya sambil mengambil duduk di pojokan warung.

Rion mengambil satu bungkus rokok dari saku kemeja putihnya. Merokok? Hmm, mungkin itu yang akan ia lakukan. Ah iya, jangan memberitahu Dyba, bisa mati di gantung di pohon toge dia nanti. Cukup satu batang rokok, tidak boleh lebih walaupun masalah yang ada di otaknya bejibun.

Mengingat perkataan Bella minggu lalu bersama buna nya, membuat pikiran Rion sampai sekarang. Dengan iseng, ia memperhatikan CCTV ruang keluarga dan ternyata kenyataan itu malah yang ia dapatkan. Bukan tidak mau langsung menghajar Arkan, tapi Bella pasti akan memusuhinya kalau Rion langsung mengambil tindakan seperti itu.

Gara-gara pikirannya yang kalut, Rion bahkan beberapa hari sebisa mungkin menghindari Bella. Melihat wajah riang Bella selalu mengingatkannya dengan si bajingan Arkan. Tapi, jangan lupakan Rion yang akan selalu mengawasi gadis itu dari jauh, ia tidak ingin apa yang di rencanakan Arkan terjadi benar.

Dering ponselnya membuat Rion menghela nafas kasar. Ia melepaskan asap yang tertahan di bibirnya dan membentuk garis-garis asap rokok di udara.

Rion mengangkat panggilan suara itu, dan ketika ia menempelkan ponselnya di telinga, teriakan nyaring seorang gadis langsung membuat telinganya berdengung.

"Arion! Bolos kan lo?!"

Rion menghisap rokok dan melepas asapnya ke udara sebelum menjawab pertanyaan Bella. "Kok tau?"

"Sumpah ya kamar lo bakalan gue gledah! Lo pulang ke rumah, baju lo bakalan gue periksa!"

"Apa, Belbel? Gue kenapa?"

"Udah bolos, ngerokok lagi!"

Mata Rion membulat, ia dengan cepat menginjak rokoknya dan memperhatikan sekitar. Dan gadis berkemeja biru muda dan celana jeans hitam di samping warung membuatnya langsung meneguk ludah kasar. Alarm peringatan berbunyi di kepalanya, ia harus lari sebelum teriakan Bella membangunkan beberapa siswa yang tidur di warung ini.

"Kalau malu gue marahin di warung, keluar lo! Harus gue kasih pelajaran untuk anak bandel kayak lo!"

"Ke luar ke mana, Belbel?"

"Terserah lo, gue ngikut. Tapi, gue gak mau di bonceng lo, gue bakalan naik taxi atau gojek nanti."

"Iya, di cafe aja ya?"

"Huum."

Rion berdecak saat Bella langsung mematikan telponnya. Kalau seperti ini, ia merasakan seperti punya pacar yang mengomelinya. Bella kalau sudah seperti ini bakalan susah dibujuk. Rion mengambil jaketnya yang ada di sandaran kursi.

"Mbok, Yon pergi dulu ya. Nanti kalau ada Adrian datang nyariin Yon bilang aja Yon sama Belbel."

Wanita berusia 50-an di depannya mengangguk sambil memberikan jempolnya. "Siap, Yon!"

"Bocah-bocah itu kalau mbok mau tutup warung bangunin aja. Kalau gak bisa dibangunin siram aja."

Mbok Irma terkekeh. "Tenang aja, mbok tutup warung masih lama kok."

"Ya udah, Yon pergi dulu ya mbok, assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Rion melajukan motornya dengan santai, cafe miliknya hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari warung yang biasa dipakai geng nya berkumpul ini. Ah iya, di usia 17 tahun-- tepatnya satu tahun yang lalu Rion membangun cafe es krim yang alhamdulillah ramai. Dan ya, semua modal tentu dari Sam. Sam dan Dyba setuju-setuju saja, asalkan cafe nya cafe normal, untuk rezeki yang halal.

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang