"Bang!"
Rion menatap pintu kamar mendengar itu. "Yah."
"Bella kenapa?"
"Gak tau, tadi dia tiba-tiba teriak terus langsung pingsan."
Sam menepuk pipi Bella. "Bella ... sayang ... bangun ...."
"Trauma."
Sam mengangguk mendengar perkataan putranya. "Kamu bawa ke rumah sakit, yayah yang-"
"Gak usah, yayah aja yang ke rumah sakit, abang masih mau urusin dua bajingan ini," ucap Rion dengan senyum sinisnya sambil menatap Arkan dan Arsen yang masih memegangi miliknya.
"Abang mau ngapain lagi? Mereka udah kayak gitu."
"Abang belum puas, tenang aja gak bakalan sampe mati."
Sam menghela nafas kasar, ia mengangkat Bella. "Yayah dah telpon polisi tadi, sebisa mungkin hajar sebelum polisi datang. Jangan sampai anak orang mati, dia lebih seru dapat siksaan di penjara nanti dari pada langsung mati."
Senyum miring di wajah itu terpatri dengan sempurna. "Tenang."
Sam menggelengkan kepalanya, ternyata sifat Rion kalau lagi emosi lebih parah dari pada dirinya dahulu. "Yayah duluan."
Setelah melihat Sam yang sudah pergi dengan menggendong Bella Rion menggerakkan lehernya. Rasanya ia masih mau membuat beberapa tulang patah.
"Gue tau kalian gak pingsan. Buka mata!"
Rion terkekeh sinis saat melihat mata mereka tidak ada yang mau terbuka. "Gak mau buka mata?"Rion berdecak, ia berjalan menuju Arkan terlebih dahulu. Menginjak perut Arkan. "Buka mata lo, bangsat!"
Melihat mata itu yang sudah mulai bergerak, Rion semakin menekan kakinya. "Apa sih yang buat lo ngelakuin ini sama Bella? Nafsu lo? Lo bahkan biasa make pramugari lo, kenapa harus Bella anak baik-baik yang pengen banget supaya menuhin nafsu lo?"
"A- an-"
"Jawab yang bener anjing!"
Arkan menepuk kaki Rion dengan tangannya yang tidak diinjak Rion. Tangan yang tadi di injak Rion sudah tidak ada rasanya sekarang. "Gu- gue cuma ngikutin permainan aj- aja."
"Permainan?" Rion menendang kaki Arkan. "Bella bukan mainan! Siapa ketuanya?"
"Syeli."
Alis Rion berkerut mendengar nama itu, namanya begitu asing di telinganya. Rion berjongkok di samping Arkan. "Serius bapak Arkan. Gak mungkin ketuanya gak kenal sama Bella!"
"Gu- gue bener."
Rion memutar bola matanya, ia menepuk dengan keras pipi Arkan. "Gak guna ngomong sama lo."
Rion ganti berjalan menuju Arsen yang sudah menatapnya dengan tajam. "Hei, abang Arsen. Kenapa natap gue gitu? Mau mukul?" Rion menujukkan tangannya ke Arsen. "Nah, silahkan."
Rion terkekeh saat tangan Arsen tidak bergerak. Rion duduk bersila di samping tubuh Arsen. "Dari awal feeling gue gak enak sama lo, tapi sahabat gue dengan bodohnya malah milih lo. Gue gak bisa nahan dia, karena dia udah milih lo."
"Kenapa lo gak buat mati gue sekalian?"
Rion mengelus perut Arsen. "Lo lebih nikmat di siksa di dunia kayaknya. Lagi pula kalau gue bunuh lo gue bakalan jadi pembunuh, dan gue gak mau itu. Dan gue mau tanya sama lo. Siapa ketua kalian?"
"Dah di jawab sama Arkan, Syeli."
"Gue gak kenal Syeli."
"Lo kenal."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Teen FictionMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...