Kedua tubuh yang masih terbalut seragam putih abu-abu khas SMA itu terlihat dari kaca yang terlihat dari luar. Nanar, mungkin itu kata yang cocok untuk sang gadis. Pemuda di sampingnya sibuk dengan ponsel dan ia hanya bisa merenung, merasakan hubungannya yang sudah berjalan empat bulan mulai diliputi masalah.
Berpacaran dengan lelaki yang memiliki sahabat perempuan memang menguras emosi. Batinnya selalu berkecamuk, apalagi saat sang pacar membuat snapgram bersama sang sahabat. Mungkin, hari ini ia akan mengutarakan segala gundah yang ada di hatinya, entah akhirnya bagaimana nanti.
"Ri, i'm tired."
Rion menatap Ara sekilas. "Mau pulang aja?"
Ara menghela nafas panjang, kelakuan Rion benar-benar. "Ri, aku capek sama hubungan kita!"
Mendengar itu Rion meletakkan ponselnya. Ia menghadap sepenuhnya ke Ara dan mengangkat sebelah alisnya. "Capek? Aku gak ngajak kamu lari-lari."
"It's not funny."
"Gak ada yang ngelucu." Rion menggenggam tangan Ara. "Kamu capek di mananya? Aku salah apa?"
"Bisa gak sih sehari aja dalam hubungan kita kamu gak sangkut pautin sama kak Bella?"
"Wait, Bella? Apa hubungannya?"
"Kamu kira aku manusia yang gak punya hati? Always, everyday, everytime, everywhere, kamu selalu ada aja yang di sangkut pautin sama kak Bella."
Rion menutup matanya sebentar, ia kembali membuka matanya dan mengedarkan pandangannya, beberapa pengunjung sudah memperhatikan mereka. Rion berdiri, ia mengamit tangan Ara yang langsung di tepis gadis itu. "Ra, di mobil aja, gak enak di liat orang. Ini hubungan kita, gak baik kalau di liat atau sampe orang tau pertengkaran kita."
Ara mengangkat sudut bibirnya. "Malu karena di liatin orang atau malu karena pacar kamu aku?"
Rion kembali mengamit tangan Ara, sekarang menariknya dengan sedikit kencang agar gadis itu mengikuti langkahnya keluar cafe dan menuju mobil. Rion menutup pintu penumpang saat Ara sudah duduk di dalam mobilnya. Ia memutari mobil dan memasuki mobil.
"Dah, silahkan kalau kamu di sini ngomelnya. Aku bakalan dengerin kamu selesai, baru bakalan aku jelasin."
"Gak perlu."
Rion mengurut pelipisnya. "Ra, please, jangan gini. Kamu ngomong apa permasalahannya, kalau udah aku bakalan jawab semuanya."
Ara menatap lurus ke kaca mobil, tidak mau menatap pemuda menyebalkan di sampingnya. "Pertama, aku butuh kamu, bener-bener tubuh sama pikiran kamu untuk aku. Jangan tubuh kamu sama aku, tapi pikiran kamu sama kak Bella."
Dari Rion mengernyit, apa ini? Sebenarnya ada apa dengan gadis yang berstatus sebagai pacarnya ini?
"Kedua, bisa gak sih kamu gak usah cerita all about kak Bella kalau kita lagi berdua? Ini hubungan kita, cerita kek tentang kamu, aku, atau hubungan kita, jangan cerita tentang orang lain."
"Ketiga, agak jarak lah sama kak Bella, jangan dikit-dikit kak Bella, dikit-dikit kak Bella. Kamu joging, ke taman atau apa selalu di buat sg, anak-anak pada nanya ke aku, Ri, aku juga bingung jawabnya."
"Ra, kurang kasih jarak apa aku sama Bella? Aku udah nurutin loh. Aku sama Bella cuma jalan sebulan sekali atau dua kali, itu karena memang jadwal aku sama kamu gak ada, atau gara-gara jadwal dia kosong. Ra, ngertiin aku, aku juga kangen sama Bella, apalagi sekarang dia tambah sibuk sama co-ass nya."
"Kangen? Cihh."
Mata Rion membelalak mendengar kata terakhir, emm maksudnya bunyi terakhir yang keluar dari mulut Ara. "Cihh? Maksudnya apa?"
"Gak percaya kalau kamu cuma kangen sama dianya."
"Ra, mau kamu apa sih? Aku rela loh gak main sama Bella untuk main sama kamu. Kamu tau kan orang co-ass susahnya nyari waktu untuk main gimana? Tapi, dia gak papa waktu tau aku mau main sama kamu waktu hari liburnya dia. Dia malah dukung, ngasih tau baju yang bagus. Kurang apa, Ra?"
"Kurang-kurangin lagi main sama dia, aku gak suka."
Rion semakin di buat pusing dengan tingkah Ara. "Ra! Buna sama Letta aja gak pernah ngelarang aku untuk main sama dia, kenapa malah kamu yang larang? AKU MAIN SAMA DIA CUMA SEBULAN SATU ATAU DUA KALI, SEDANGKAN SAMA KAMU HAMPIR TIAP HARI, ARA." Rion sudah tidak bisa mengontrol emosinya, kelakuan Ara semakin membuatnya naik darah.
"WAJAR KAMU MAIN SAMA AKU TIAP HARI, AKU PACAR KAMU, RI! DIA SIAPA? JUST BESTFRIEND."
"Selama ini yang nemenin aku sebelum ada kamu ya dia, kenapa sekarang kamu ngatur? Ini hidup aku."
Ara tersenyum sinis. "Gak ada persahabatan murni antara perempuan dan laki-laki!"
"Ada, nyatanya aku sama Bella, Ra!"
Ara tersenyum meremehkan, ia menatap Rion. "Bukan gak ada, tapi kalian yang belum sadar!"
"Kamu tau apa masalah perasaan? Perasaan aku sama Bella cuma diri kami masing-masing yang tau. Kamu maunya apa sih? Gak usah sangkut pautin Bella di pertengkaran kita!"
"Tapi nyatanya ini ada sangkut pautnya sama dia, Arion!"
"Otak kamu aja yang kebanyakan nonton sinetron."
"Arion!"
"Apa?! Kalau memang kami ada perasaan, udah dari dulu kami pacaran! Gak bakalan aku bisa pacaran sama kamu! Punya otak di pake, jangan cuma asal ceplos."
"INI KENYATAAN."
"Kenyataan? Bahkan kamu aja gak tau kenyataan perasaan aku sama kamu gimana. Aku hampir nyerah sama kamu. Sebulan pertama, fine, sumpah kamu pacar idaman aku karena bisa nerima aku yang biasa sama Bella. Bukan kedua, kamu suruh aku agak ngasih jarak sama Bella, aku turutin. Aku mikir mungkin kamu memang lagi mode manja sama aku. Bulan ketiga aku seneng kamu gak terlalu batasin pergerakan aku sama Bella. Tapi, kenapa di bulan keempat kamu selalu cari masalah?!"
"Ngaca! Yang cari masalah siapa? Aku atau kamu? Kamu yang selalu main sama kak Bella, kamu ya-"
Rion mendekatkan layar ponselnya ke wajah Ara. "Sekarang kamu yang ngaca. Kalau kamu ngomong tentang main, kamu salah, aku hampir tiap hari sama kamu. Sedangkan kalau sama Bella? Aku tegasin sekali lagi, satu atau dua kali dalam sebulan. Terus mau ngungkit apa? Telpon? Kita telponan sampe malam, bukan telpon, kita video call tiap malam cuma karena kamu mau mastiin aku sendirian gak sama Bella. Apa lagi, Ra?"
"RI, AKU CAPEK DENGER KATA BELLA DARI MULUT KAMU!"
Rion berusaha menahan emosinya yang semakin menjadi. "Kamu yang buat masalah ini, Ara. Sebenernya aku kurang apa sih selama ini perlakuin kamu? Kamu kira kelakuan kamu selama ini sama aku sempurna? Enggak, Ra, enggak. Aku mau ungkit yang ada kamu sakit hati dengernya. Sekali lagi aku nanya, kamu maunya apa? Jangan minta aku semakin jauh dari Bella, untuk itu aku gak bisa."
"Aku maunya cuma itu."
"Kalau kamu maunya gitu, mendingan kita udahan."
***
Aneh gak? Atau feel nya gak dapat?
Aku nulis itu gak mikirin dulu, tadi dapat ide langsung tulis.
Jadi, kalau misalnya amburadul atau gak nge feel sama kalian, i'm so sorry 🥺***
Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁´◡'❁)Jangan lupa vote dan komen
Terima kasih yang udah mau baca, vote, dan komen cerita ku ♡♡04 Mei 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Teen FictionMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...