32

2.2K 390 141
                                        

"Ri! Semudah itu kamu ngomong udahan?" Ara menatap Rion dengan tidak percaya.

"Maunya kamu buat aku gak bisa. Dari awal pacaran aku udah bilang sama kamu, aku punya sahabat cewek yang udah aku anggap saudara ku, Ara."

Ara tersenyum sinis, ia menatap keluar jendela mobil. "Bella harusnya sadar diri kalau kamu udah punya pacar. Kalian cuma sahabat, bukan saudara kandung."

Mendengar itu Rion mencengkram pergelangan tangan Ara. Membuat tubuh itu tersentak dan menatap Rion dengan menggelengkan kepalanya. "Ara, listen to me. Bella udah di anggap anak sama yayah, buna, dia keluarga kami. Kamu gak bisa bilang Bella kayak gitu. Kamu masih orang baru di hidup aku. Dari awal udah konsekuensi kamu kalau nerima aku, aku kayak gini. I have a bestfriend yang gak bisa aku tinggalin."

"BELLA YANG SEHARUSNYA PAHAM RION KALAU KAMU UDAH PUNYA AKU!"

"BELLA KURANG PAHAM APA SAMA KAMU? KAMU GAK TAU GIMANA DIA KALAU AKU CERITA SOAL KAMU YANG BAIK. DIA SENENG, ARA, SENENG! OTAK KAMU JANGAN BERPIKIR DIA TOKOH ANTAGONIS DI HUBUNGAN KITA. KAMU TAU SIAPA YANG NGASIH IDE UNTUK SUPRISE KAMU? YANG NGASIH IDE NGASIH KADO KAMU SIAPA? BELLA, RA, BUKAN ORANG LAIN. KURANG BAIK APA?"

Ara terisak di tempatnya. Ia mengangkat pandangannya dan menatap Rion nanar. "Dia gak baik karena gak paham kalau kamu dah punya pacar."

"Astaghfirullah, Ara, berapa kali harus aku bilang? Dengerin aku baik-baik, buka telinga kamu lebar-lebar. Bella ngedukung hubungan kita 100%. Bella paham posisi dia, biasanya kalau aku mau peluk dia, dia langsung mau aja. Tapi, semenjak aku pacaran sama kamu, dia gak langsung nerima. Dia nerima langsung kalau aku bener-bener lagi gak  baik keadaannya. Aku kenal dia bukan setahun, dua tahun, kadang aku deket dia aja tatapan dia udah gak kayak biasa, dia gak nyaman. Kadang kalau pergi berdua sama dia, dia selalu nanya, 'Yon, Ara gimana? Gue gak enak sama dia.' Kurang apa, Ra? Kalau memang Bella punya perasaan sama aku, dia dari dulu udah gak bakalan nerima kamu sebaik ini."

Ara semakin terisak. Perasaannya berkecamuk. Ia sayang sama Rion, tapi kadang ia gak bisa kalau di dalam pikiran Rion selalu ada bayang-bayang Bella.

"Kamu kira aku gak tau kamu yang selalu chat Bella nanyain 'Kak, Ri gimana? Apa aja sih yang dia gak suka? Kakak lagi sama Ri, ya? Kakak lagi ini, itu, ini, itu' selalu tentang aku. Kamu kira aku gak tau? Kamu selalu letak curiga sama Bella. Bella nerima kamu sebaik itu, Ara. Apa sih yang ada di otak kamu tentang cewek sebaik Bella? Bella bukan sahabat kayak banyak cewek di luar sana."

"Hilangin bayang-bayang Bella, Ri!"

"Ara ... dari kecil aku udah sama dia, kamu kira dengan 4 bulan sama kamu, bayang-bayang dia langsung hilang? Gak bisa, Ra. Dia selalu nemenin aku dari kecil, aku selalu bareng dia, gak bisa aku hilangin dia."

Ara menyeka air matanya. Ia menghirup nafas panjang dan menatap Rion. "Kalau memang gitu, kenapa kamu nembak aku dan jalanin ini selama 4 bulan? Kalau memang bayang-bayang Bella selalu ada di kamu, kenapa kamu milih aku?"

"Kamu menarik, ada yang aneh waktu aku lagi sama kamu."

Ara tertawa getir. "Kamu gak sayang, kamu cuma penasaran."

"Gak mu-"

"GAK ADA YANG GAK MUNGKIN! Otak kamu selalu ada sama Bella, Bella, dan Bella, sedangkan aku? Aku di mana? Aku kamu anggap apa? Kamu cuma penasaran sama perasaan asing yang hinggap di hati kamu waktu sesaat kenal aku. Kamu cuma penasaran sama gadis pendatang baru kayak aku. Kamu cuma penasaran sama apa yang aneh sama tubuh mu dekat aku. Dan, kamu gak sadar, kamu cuma penasaran sesaat tapi dengan nekat tembak aku dan ajak aku pacaran."

"Ra, gak mungkin!"

"Rion! Sekarang kamu yang dengerin aku, aku capek. Kamu tadi yang bilang kita untuk udahan, kan? Fine, bakalan aku terima walaupun aku masih gak rela. Jadi, mulai sekarang kamu udah gak terkekang lagi sama aku. Silahkan, sama Bella. Kita udahan, kita putus. Selama ini bener kata hati aku, kamu gak pernah punya rasa untuk aku."

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang