Gadis itu menatap kagum pemuda di hadapannya. Akhirnya setelah berbulan-bulan lamanya, ia bisa menaklukkan pangeran sekolahnya itu. Ya, cucu pertama keluarga Zudianto sekarang sudah menjadi miliknya. Ah, rasanya ia tidak percaya akan hal ini.
Rion menjawil gemas hidung mancung di hadapannya. "Kenapa?"
Ara menggeleng, ia menyengir. "Cuma gak percaya kalau aku pacaran sama kamu."
Rion terkekeh. "Kamu udah berapa kali ngomong itu? Mungkin udah ada sepuluh kali lebih. Emang se-gak nyangka itu?"
Ara mengangguk cepat. "Iya, dapetin prince kayak kamu itu serasa mimpi. Apalagi aku tau kamu deket sama kak Bella, jadi ya kayak mustahil aja gitu kamu gak suka sama dia."
Tangan Rion mengelus lembut rambut legam sebahu milik gadisnya. "Kan aku dah bilang, aku sama Belbel sahabatan dari kecil, jadi ya pasti deket dong. Lagi pula Belbel juga bakalan punya cowok habis ini, dia mana pernah mau sama aku."
"Siapa yang bisa nolak cowok kayak kamu sih? Ganteng gini gak bakalan ada yang nolak."
"Jadi, kamu nerima aku karena aku ganteng?"
"Eh, salah paham kamu ih! Dari awal ketemu, ngobrol sama kamu udah ada sesuatu. Eh rezeki anak solehah malah ternyata kamu humble sama aku, jadi makin-makin deh."
"Bisa ae gombalnya."
Ara terkekeh, ia menunduk saat merasakan elusan lembut Rion di tangannya. "Aku beneran pacar pertama kamu?"
"Iya. Tanya sama Belbel kalau gak percaya."
"Percaya aku percaya."
Tangan Rion menggenggam erat tangan Ara. "Makannya, aku minta sama kamu jangan hancurin harapan aku tentang sebuah hubungan. Kali ini, aku beraniin diri untuk ngungkapin karena biasanya cuma aku pendem. Aku pengen kamu ngejalanin ini tulus sama aku. Kita bareng-bareng hadapin semuanya. Kamu ngertiin posisi aku sama Belbel, karena gimanapun keadaannya Belbel bakalan terus ada di hidup aku."
Ara meneguk ludahnya. "Aku usahain semuanya, tapi kamu juga harus sadar kamu udah punya aku."
Rion mengangguk. "Iya."
"Belbel tau kamu pacaran sama aku?"
Rion menggeleng. "Belum, aku belum ada cerita sama dia. Co-ass dia terlalu padet jadwalnya sampai kalau ketemu jarang."
"Abang aku juga dokter loh, tapi bukan di rumah sakit ayah kamu."
"Masa? Udah tua?"
Ara menggeleng. "Masih 25 tahun."
"Wah, bisa tuh sama Belbel."
"Emang kamu tega jadiin kak Bella istri kedua?"
Mata Rion mengerjap mendengar itu. Setelah sadar ia menyentil kening Ara pelan. "Ngomong kek dari tadi kalau udah nikah. Kan aku dah bayangin kalau Belbel sama abang kamu jadinya."
Ara tertawa. "Maaf atuh, yang. Kamu sih semangat amat kayaknya nyariin jodoh untuk kak Bella."
"Biar kita bisa double date."
Mata Ara berbinar sempurna. "Seru banget kayaknya!"
"Nah makannya itu aku pengen."
Gerakan bianglala yang berhenti membuat Rion menatap Ara. Ia turun saat pintu bianglala itu dibukakan oleh petugas khusus. Saat sudah turun, ia mengulurkan tangannya. "Silahkan princess."
Pipi itu bersemu. Tidak pernah Ara diperlakukan seperti ini oleh lelaki lain, bahkan abangnya sendiri saja tidak pernah melakukan ini. Ara menyambut tangan Rion dan turun dari tempat bianglala.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Teen FictionMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...