18

2.1K 322 72
                                    

"Mau Yon mau!"

"Bell ...."

"Iya, gue mau."

"Bella, mau apa?" Rion menggoyang-goyangkan tubuh yang masih telentang itu.

Mata Bella dengan cepat terbuka. Ia menatap sekeliling dan meneguk ludahnya. Dan saat pandangannya ke samping, Bella mengerjap pelan.

Rion mengelus pipi itu. "Apanya yang mau cantik?"

Bella perlahan terduduk, ia menatap tubuhnya dan masih melekat jas putih kebanggaannya. Rion menatap geli gadis di depannya ini, ia dengan santai menidurkan kepalanya di paha Bella dan menatap gadis itu dari bawah. "Kenapa sih?"

"Lo tadi gak ...."

"Ha? Apa? Gue baru aja masuk ke kamar lo terus lo dah bilang mau mau aja. Mau apa?"

Bella menutup wajahnya. Bisa-bisanya ia bermimpi seperti itu! Memalukan sekali! Mana ia tadi mengatakan menerima! Astaghfirullah, jauhkan Bella dari Rion, Bella malu!

Rion menggenggam tangan Bella yang menutupi wajah cantik itu. "Lo mimpi apa? Apanya yang lo mau?"

Bella menarik tangannya dari genggaman Rion, dengan cepat ia menutup wajahnya lagi. "Memalukan!" teriaknya tertahan.

Rion terkekeh, sebenernya ada apa dengan sahabat tersayangnya ini? "Belbel, lo gak mimpi bokep kan sama gue?"

Bella berdecak kesal, ia memukul kepala Rion. "Gila!"

Rion lagi-lagi tertawa, wajah Bella begitu menggemaskan apalagi sedang memerah begitu. "Jangan imut-imut wajah lo, pengen gue cium."

"Bodo amat! Gue masih kesel sama lo!" Bella menyentak kepala Rion dari pahanya.

"Lah, gue ngapain? Gue bangunin lo, ya? Maaf sayang, udah jam enam dan lo belum bangun soalnya."

Pipi Bella memanas lagi, panggilan apa tadi? Sayang? Oh my god! Bella kenapa ini? Padahal panggilan itu biasa digunakan Rion, tapi mengapa kali ini berbeda? Ah, mimpi sialan itu yang membuatnya jadi seperti ini.

Pelukan tiba-tiba dan harum khas dari Rion membuat Bella menutup matanya. Perlahan mulai menghilangkan apapun yang terjadi di mimpi tadi. Pasar malam, es krim, permen kapas, dan bianglala. Menghilangkan kata-kata yang diucapkan pemuda itu di akhir sebelum ia dibangunkan oleh pemuda itu juga.

"Belbel, maaf kalau buat lo kesel. Entah apa yang terjadi di mimpi lo tentang gue, mau gue buat kesel, buat lo terganggu, gue minta maaf. Jangan marah-marah gini, masih pagi Bella. Kalau lo marah, mood gue bakalan terganggu."

Bella menghirup aroma dada Rion, ah begitu menenangkan. "Maaf."

Rion mengelus rambut Bella dan mengecup puncak kepala rambut coklat itu. "Kenapa masih di pake jas nya? Emang nanti gak co-ass?"

"Gue pulang jam satu malem, dan mungkin aja gue langsung tidur. Badan gue capek banget, apalagi kemarin banyak pasien."

"Kenapa sampe jam satu? Semuanya atau lo sendiri? Siapa yang jemput lo? Kenapa gak nelpon gue?"

"Karena memang dari rumah sakitnya gitu. Semuanya. Pak Rusli. Lo pasti dah tidur dan gue gak mau ganggu tidur lo."

"Beneran pak Rusli kan?"

"Tanya sendiri aja kalau gak percaya."

Rion tersenyum, tangannya mengusap-usap punggung Bella. "Iya sayang, percaya."

Bella memukul perut Rion. "Gak usah sayang-sayangan! Gue baper mampus lo!"

Rion terkekeh. "Kan gue bilang dari kemarin, lo baper gue tanggung jawab. Gue siap aja nikah muda."

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang