Rion menatap tajam perempuan dan laki-laki yang sedang duduk berhadapan itu. Ia sengaja memakai topi, jaket, dan celana hitam hanya untuk ini. Ya, apalagi kalau tidak melindungi Bella dari perilaku Arkan.
Tadi Bella mengirim pesan kepadanya perempuan itu akan bertemu Arkan yang baru saja mendarat di sini. Dan benar, lelaki itu masih menggunakan seragam putih khas pilot. Ini sudah jam lima sore, dan Bella sudah duduk di sana dari jam tiga. Dua jam bertemu Arkan? Jelas tidak. Arkan mengatakan mereka akan bertemu jam tiga, dan Bella sudah bersiap-siap, tapi lelaki bangsat itu malah datang jam empat lebih.
Rion bukan tidak ada kerjaan, tapi Bella adalah seseorang berharga untuknya. Rion takut, Arkan memiliki niat jahat kepada sahabatnya itu. Dan Rion tidak mau hal itu terjadi.
Dentingan ponselnya membuat Rion langsung menatap benda pipih itu. Bella? Rion langsung menatap Bella dan gadis itu menggaruk lehernya. Ah, rupanya pembahasan mereka sudah membuat Bella tidak nyaman.
Rion berpura-pura menelpon Bella, tapi tenang saja nama Rion di kontak Bella sudah di ganti menjadi 'Papa'. Dan terlihat di sana Bella mengangkatnya.
"Pulang aja kalau udah gak nyaman."
"Iya, pa, iya, ini Bella mau pulang kok."
"Iya ma, papa tunggu di minimarket depan ya. Eh mama duluan aja yang keluar entar papa nyusul." Rion tersenyum geli sendiri dengan omongannya.
Di sana jelas terlihat Bella yang menahan tawanya. "Iya, Bella pulang, pa. Bella tutup ya, assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam cantik."
Rion menatap gerakan Bella yang sudah berdiri diikuti Arkan. Jelas terlihat wajah tidak suka dari Arkan. Setelah Bella sudah melangkah, Rion menghela nafas panjang akhirnya sele-- astaghfirullah tadi apa?! Ah tidak, tidak, perlakuan Arkan sepertinya sudah semakin menjadi-jadi! Dengan seenaknya lelaki itu menarik tangan Bella dan mengecup pipi-- tidak, Rion tau niat lelaki itu pasti mengecup bibir suci Bella, tapi dengan reflek yang cepat Bella memalingkan wajahnya.
Wajah Bella memerah, ia dengan kasar melepas pegangan Rion di tangannya. Rion menatap tajam Arkan, Bella nya sudah lari ke luar. Dan mulai sekarang mungkin tugas Rion akan bertambah, membuntuti Arkan.
***
Rion memberikan jaketnya ke Bella. "Pakai, gue gak suka paha lo jadi tontonan."
Bella menerimanya dengan senang. Ia melingkarkan jaket hitam Rion ke pinggangnya. Saat akan menaiki motor Rion, Bella berpegangan pada bahu Rion yang sudah terlebih dahulu naik. Motor besar ini mengharuskan Bella untuk memeluk Rion, kalau tidak kakinya pegal untuk menahan berat badannya sendiri.
Bella menumpukan dagunya di bahu Rion, memeluk pinggang lelaki di depannya. Masalah Arkan apakah tau Rion, jawabannya adalah lelaki itu tau. Arkan pernah berjumpa dengan Rion sejak mereka PDKT. Dan Arkan fine fine aja terhadap adanya Rion, tetapi lelaki itu tidak pernah tau kalau Rion selalu membuntuti saat mereka sedang berduaan.
"Bel, Arkan gak pernah nanyain gue gitu?"
"Gak, gak peduli dia sama lo. Sama gue aja dia gak peduli, apalagi sama lo."
Rion terkekeh, ia menatap Bella dari spion. "Pipi lo gak suci lagi, ya?"
Mendengar itu membuat Bella mendengus. Ia dengan seketika mengelap pipinya. "Diem, jangan ngingetin itu, males gue!"
"Untung reflek lo bagus, kalau enggak kena bibir lo tadi."
Bella mengangguk. "Dan kelakuan dia yang kayak gitu buat gue mikir untuk ngelanjutin hubungan."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Genç KurguMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...