53

2.6K 455 50
                                    

Bella lagi dan lagi menghela nafas panjang, ia mengecupi punggung tangan Rion sebelah kiri yang tidak di infus. Rion belum sadar juga sampai sekarang, tetapi kondisi Rion sudah membaik. Bahkan, pemuda itu sudah di pindahkan ke ruang biasa-- ruang VIP khusus keluarga Zudianto sejak sehari yang lalu.

Bella menatap Dyba yang duduk bersebrangan di depannya. Wanita yang saat ini pipinya menjadi tirus itu sedang menatap putra kesayangannya. Ini sudah hari keempat dan Rion belum juga ingin bangun.

"Kapan bangun, sayang?"

Ucapan dengan nada lirih itu membuat hati Bella ikut ke iris. Dyba benar-benar seperti kehilangan dirinya saat melihat tubuh Rion masih tertidur di atas brankar dan belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Bella mendongak saat melihat tangan yang memeluk tubuh Dyba dari belakang. Ia tersenyum dan mengangguk ke Sam. "Yah," sapa Bella dan di balas anggukan oleh Sam.

Sam mengecupi puncak kepala Dyba. "Sayang, makan dulu yuk nanti nge-drop lagi."

"Tapi, Rion ...."

"Dy sayang ... Rion udah baikan, dia pasti bangun tapi gak sekarang. Sekarang kamu makan dulu, kalau kamu makin kurus nanti Rion sadar dia bakalan ngerasa bersalah buat buna nya sampai kayak gini." Sam semakin mengeratkan tangannya di tubuh Dyba, ia tidak ingin istrinya kembali sakit.

"Tapi, aku makan di sini."

Mendengar itu Sam tersenyum, ia mengangguk. "Sebentar. Kamu mau makan apa?"

"Terserah."

Sam menatap Bella. "Bella mau makan apa? Yayah biar sekalian pesenin."

Bella menggeleng. "Bella udah makan, yah. Setiap pagi kan pasti dapat nasi dari rumah sakit."

"Gak mau nitip?"

Bella kembali menggeleng. "Gak usah, yah."

"Ya udah."

Bella melirik jam yang ada di atas pintu ruangan, ia sudah harus kembali co-ass lagi. Bella berdiri, memasang jas putihnya sambil menghampiri Dyba. Ia memeluk tubuh Dyba dari belakang. "Buna ... jangan pikirin Yon terlalu berat, buna nanti drop lagi. Yon pasti sembuh, bentar lagi dia pasti sadar, Bella yakin."

Dyba mengelus tangan Bella. "Iya, sayang."

Bella tersenyum, ia mengecup pipi Dyba. "Bella keluar dulu, buna harus makan, pokoknya yang banyak biar pipinya gak tirus kayak gini."

"Iya, bu dokter," jawab Dyba sambil tersenyum tipis.

Bella melepaskan tangannya dari tubuh Dyba, sebelum pergi ia mengusap lengan Rion. "Yah, Bella co-ass dulu."

Sam yang baru dari keluar dari kamar mandi mengangguk. "Semangat calon bu dokter."

Bella tersenyum mendengar itu, ia mengangguk. Ia mendorong pintu ruangan Rion dan keluar dari ruangan itu. Setelah pintu tertutup kembali, Bella menyandarkan tubuhnya di pintu sambil mendongak. "Bangun, sayang, jangan kelamaan tidurnya. I miss you very much."

***

Mata Bella membulat saat ia baru saja membuka pintu ruangan Rion. Jas putih yang tadi di tentengnya tanpa sadar terjatuh dari tangannya. Bella menepuk pipinya sendiri, ia tidak mimpi kan?

"Gak kangen?" Suara yang sudah lama Bella rindukan itu terdengar kembali memasuki gendang telinganya.

Air mata Bella merembes, ia dengan cepat berlari dan menubruk tubuh Rion. Rion meringis pelan, Bella sepertinya tidak sadar kalau tubuhnya masih nyeri.

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang