"Rion!"
Nafas Bella tersengal. Matanya mengedar dan ruangan putih yang selalu di masukinya langsung terlihat. Tapi, satu hal yang mencuri perhatiannya, rambut coklat kepirangan yang tengah tertidur dengan mukanya yang menumpu di tangan.
"Letta," panggil Bella sambil mengguncang pelan bahu Letta. Ia berharap itu tadi hanya mimpi buruk.
Dan pemikiran itu langsung terhempas saat melihat Letta yang sudah menatapnya dengan mata sembap gadis itu. "Yo- Yon ...." ucap Bella dengan nada bergetar.
Letta mengangguk, air mata gadis itu keluar lagi. "Abang di ICU."
Bibir Bella menipis, jadi yang di lihatnya tadi nyata. Apakah tadi ia pingsan dan di bawa ke ruangan ini? Bella mencabut infus yang melekat di punggung tangannya, tidak ia pedulikan rasa sakit.
Letta dengan lemah menahan lengan Bella yang akan turun dari brankar pasien. "Kak, jangan ... Kakak harus istirahat."
"Enggak, kakak harus liat Rion."
"Nanti kalau kakak udah beneran pulih Letta janji bakalan nemenin kakak ke abang."
"Kakak dokter, Let! Kakak tau kakak dah pulih! Kakak cuma mau liat Rion!" teriakan itu tanpa sadar di ucapkan Bella kepada gadis yang saat ini hanya mengenakan hoodie ungu dan celana pendek hitamnya.
Letta mengerang, ia berdecak saat Bella dengan kasar melepas tangannya dan berlari ke luar ruangan. "Gue cuma mau lo sehat, kak. Abang sakit, lo sakit, entar tambah ambyar semuanya," gumam Letta sambil meletakkan kepalanya di ranjang.
Bella berlari ke ruang ICU yang tidak jauh dari ruangannya tadi. Di luar ruang ICU seketika tubuhnya menegang, keadaan keempat orang yang ia sayang juga kacau.
"Yah ...." Dengan bergetar Bella mengucapkan itu.
Sam mendongak, ia tersenyum tipis-- sangat tipis menatap Bella yang saat ini bahunya sudah di rangkul oleh Bintang. Mata Sam menatap langkah Bella yang di giring Bintang tepat duduk di sampingnya. "Pikirin kesehatan kamu, Yon kuat kok pastinya."
Bella menggeleng. "Bella izin masuk, ya?"
Bintang menahan bahu putrinya. "Kamu masuk yang ada kamu pingsan lagi. Jangan buat orang tua makin khawatir, Bella!"
Bella tidak mendengarkan perkataan papanya itu. Matanya menatap Dyba yang tengah berada di pelukan mamanya. Apakah segitu parahnya keadaan Rion hingga membuat wajah para orang tua kusut seperti ini?
Bella melepas perlahan rangkulan Bintang. "Bella mau masuk, pa. Bella masuk sebagai dokter."
Sam menahan tangan Bella yang sudah berdiri. "Gak usah sayang, kamu istirahat lagi aja. Kamu juga lagi drop."
"Yayah sama buna harusnya yang istirahat. Tenang, Bella gak bakalan nambah masalah. Bella cuma mau liat keadaan sayangnya Bella di dalam sana."
Bella tersenyum menenangkan ke Sam yang membuat lelaki itu melepaskan tangannya dari tangan Bella. Bella dengan perlahan berjalan menuju pintu ICU, sebelum membuka pintu ia menghirup nafas panjang. Bella memakai baju khusus yang telah di sediakan sebelum memasuki lebih dalam ruang ICU. Tidak lupa ia juga sudah mencuci tangannya.
Bella mengangguk saat melihat perawat yang tengah berjaga di dalam sana. Bunyi monitor langsung menjadi sambutan saat Bella memasuki lebih dalam ruang ICU. Bella membuka tirai pertama dan tubuh Rion yang di penuhi oleh alat terlihat olehnya. Tubuhnya hampir limbung, tapi ia tahan dengan berpegangan pada tirai pembatas. Bella memukul dadanya sendiri, menahan sesak yang teramat di dalam dirinya saat melihat Rion yang sepertinya tidak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Roman pour AdolescentsMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...