05

3.3K 468 131
                                        


"Buna."

Dyba mengelus kepala Rion yang tengah tertidur di pahanya. "Kenapa?"

"Menurut buna Belbel baik-baik aja gak?"

"Lah, kenapa nanya gitu?"

"Belbel sering ngelamun setelah ketemu Arkan beberapa hari yang lalu, na. Abang takut kalau Arkan ngomong yang aneh-aneh sama Bella sampe buat Bella ngelamun terus gitu."

"Coba suruh dia ke sini, buna mau ngomong sama dia. Tapi, jangan ada kamu sama Letta. Kamu sama Letta main aja di kamar."

Rion menatap Dyba. "Kenapa gak boleh ada abang? Kan Belbel biasanya juga kalau cerita ke abang."

"Emang iya, tapi mungkin yang ini masalah yang agak berat kalau sampai dia kayak gitu. Makannya dia gak mau ngomong sama kamu, takut ngebebani kamu. Kalau dia cuma berdua sama buna, dia bakalan kebuka."

"Apanya? Bajunya?"

Dyba memukul bibir Rion dengan remot televisi yang ada di sampingnya. "Mulutnya! Sumpah ajaran yayah kamu kayaknya berhasil."

Rion menyengir. "Iya dong, udah di kasih asupan sedari kecil sama yayah."

"Untung Letta enggak di ajarin gitu."

Rion terkekeh, ia memeluk perut Dyba. Jarang-jarang ia bisa seperti ini sama bunanya. Yayahnya yang posesif itu pasti akan langsung mendorong dirinya saat melihat ia seperti ini dengan Dyba.

"Bang ...."

"Apa, na?"

"Beneran belum punya cewek? Buna gak ngelarang loh abang punya cewek."

Rion menggeleng. "Masih ada yang harus abang jaga. Ada Letta, Bella, sama buna."

"Gak bisa gitu, kamu pasti butuh seseorang yang ngertiin kamu."

"Buna sama Belbel aja udah cukup untuk abang, ngertiin abang banget."

"Kamu masih normal kan?"

Rion langsung menjauhkan wajahnya dari perut Dyba. "Pertanyaan buna kok gitu?"

"Ya iyalah, aneh sih kamu, biasanya anak seusia kamu lagi bucin, eh ini malah bucin sama buna, Belbel sama dedek. Yayah kamu aja dulu bucin sama buna seusia kamu, lah anaknya malah rebahan sama sibuk ngurusin tugas negara."

"Abang bucin kok."

"Sama siapa?"

"Sama doggy."

Dyba memutar bola matanya malas. Doggy itu kucing hitam jenis persia yang di adopsi setelah Suho-- kucing abu-abu yang di berikan Sam dulu sudah mati. Entahlah apa motivasi Rion memberikan nama doggy untuk kucing hitam itu.

"Buna serius abang. Atau jangan-jangan ...."

"Apa lagi, na?"

"Kamu suka sama Belbel ya?"

Rion langsung terduduk mendengar itu. "Makin aneh ih pikiran buna. Abang sama Belbel kan sahabatan, adek kakak."

"Serius? Belbel cantik loh," goda Dyba sambil menaik turunkan alisnya.

"Memang cantik, tapi dia sahabat terbaik abang."

Dyba hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar itu. "Abang masih inget sama omongan buna tentang jaga cewek kan?"

Rion mengangguk. "Abang gak boleh ngerusak cewek, abang gak boleh mainin cewek, dan abang gak boleh macem-macem sama cewek. Kalau abang ngelakuin itu sama aja abang ngelecehin buna, Letta, sama Belbel. Semua yang berharga di hidup abang itu cewek, kecuali yayah."

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang