Rion mengacak-acak rambut gadis yang tengah menatap kosong ke luar jendela kamar. "Hei."
Bella menoleh, ia tersenyum tipis. "Baru pulang?"
Rion dengan antusias mengangguk, ia melemparkan tas nya dengan asal dan ikut bergabung duduk dengan Bella. Rion melipat lututnya dan menahannya dengan tangan, dagunya ia letakkan di atas lututnya menatap Bella. "Mikirin apa sih cantiknya Rion ini?"
"Papa."
"Pasti bakalan sembuh."
"Karena gue papa gini."
Rion menggeleng, tangannya mengambil tangan Bella dan di kecupnya punggung tangan itu. "Enggak, ini semua udah takdir, jangan nyalahin diri kamu sendiri terus."
Tubuh Bella menegang, matanya dengan polos mengerjap menatap Rion tidak percaya. "Kamu?"
Rion tersenyum gemas, ia mengangguk. "Ngerubah kosa kata boleh kan? Gak ada pasal atau larangan kan?"
Bella menggeleng. "Tapi, aneh."
"Entar juga kebiasaan." Rion mengusap-usap punggung tangan Bella. "Udah mamam?"
"Belum."
"Kenapa?" Hanya gelengan Bella yang menjawab pertanyaan Rion.
"Mau mamam apa?"
"Gak pengen."
Tangan Rion yang sebelah memegang dahi Bella. "Masih pusing ya? Makan, Belbel, entar sakit lagi."
"Ini aja udah sakit."
Mendengar itu Rion berdecak, ia menangkup pipi Bella hingga gadis itu sepenuhnya menghadapnya. "Semua udah berlalu, jangan di pikirin lagi. Kamu udah aman sama aku, gak bakalan ada yang gangguin lagi. Aku janji, bakalan sama kamu, kalau perlu pasang bodyguard biar kamu ngerasa aman. Mereka gak bakalan berani nyentuh kamu. Seujung rambut ada yang berani nyakitin kamu, yakin, besok orangnya udah sampai rumah sakit. Oke? Jangan murung terus, ini bukan Belbel." Jari Rion menarik kedua sudut bibir Bella. "Senyum dong."
"Yon ...."
"Hmm?"
"Kenapa ada cowok sebaik lo?"
"Dan cowok yang Belbel bilang baik ini di takdirin untuk Belbel."
Air mata Bella merembes, dari mana saja ia selama ini tidak menyadari bahwa lelaki paling baik selain papa dan yayah ada di hadapannya? Kemarin, kemarin, Bella hanya menganggap Rion sebagai sahabat yang selalu ada, tapi setelah kejadian ini Bella sadar, mungkin Rion bukan lagi sahabatnya. Pemuda di hadapannya sudah berubah status, dari sahabat menjadi seseorang yang mungkin sebentar lagi akan mencuri hatinya. Tapi ... banyak kemungkinan yang akan terjadi nantinya apabila mereka berubah status. Persahabatan menjadi cinta tidaklah semudah yang di bayangkan, nanti pasti ada saja masalah yang hinggap.
Rion mengusap air mata Bella. Setelah itu ia merentangkan tangannya. "Butuh pelukan?"
Bella dengan cepat menyusup ke dekapan dada bidang itu. Aroma Rion langsung menusuk indera penciumannya yang membuat tubuhnya tenang. Tunggu sebentar, ada yang berubah di pelukan ini.
"Yon," gumam Bella di dada Rion.
"Kenapa sayang?"
"Lo sakit?"
"Iya, sakit liat kamu kayak gini terus."
Tangan Bella mencubit kecil punggung Rion. "Serius? Kok lo deg-degan?"
Beberapa saat belum terdengar jawaban, Bella perlahan mendongak. Tangan Bella menarik tengkuk Rion hingga wajah itu menunduk sempurna menatapnya. "Kok wajahnya merah? Panas?"
![](https://img.wattpad.com/cover/252974453-288-k61498.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Teen FictionMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...