Rion mendongakkan kepalanya, menahan air matanya yang akan menetes. Hari ini, ia akan melepas jabatan yang paling ia sukai selama ia hidup 18 tahun ini. Setahun sudah ia menjadi seorang ketua Terrell. Besok, ia juga sudah akan lulus dari SMA ini.
"Yon ...."
Rion mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menoleh ke Adrian yang memanggilnya. "Kenapa?"
"Anak-anak dah nungguin lo."
Rion membuang putung rokok yang ada di tangannya dan menginjaknya. "Kok cepet banget, ya, Yan."
Adrian yang baru saja akan berjalan menatap pemuda itu lagi. Senyumnya terbit, ia mengangguk. "Karena sama mereka terlalu banyak kenangan."
"Bisa gak sih gue lagi yang jadi ketua mereka tahun depan?"
Adrian menjitak kepala Rion. "Aneh-aneh! Mentang-mentang bapak lo yang buat, lo mau seenaknya aja."
"Lagian kan mereka pasti mau aja."
"Gimana ceritanya ketua mereka gak ada di sekitar mereka? Lo bakalan sibuk sama kuliah and pastinya Belbel lo tersayang itu. Dan buna lo pasti gue yakin seratus persen gak bolehin lagi lo jadi ketua."
Rion menghela nafas kasar, ia mengangguk mendengar jawaban Adrian. Kuliahnya bukan untuk main-main, kalau bisa lompat semester mungkin ia akan lompat semester. Menghalalkan Bella salah satu impiannya dan yang membuatnya ingin cepat-cepat lulus kuliah.
Adrian yang melihat Rion kembali merenung merangkul bahu pemuda itu dan menggeretnya-- emm maksudnya menariknya dengan kasar. Tidak ia pedulikan tatapan Rion yang menajam saat menatapnya.
"Lo beneran mau sama adik gue?"
Adrian mengangguk yakin. "Kalau udah dapat restu dari kakak ipar dan ayah mertua sih gas aja langsung."
"Gue tergantung Letta sebenernya. Dia suka sama lo kan gak mungkin gue sama yayah gak bolehin dia."
Adrian tersenyum. "Dia jelas suka sama gue lah, gue ganteng, baik, pinter, anak sholeh."
"Bacot lo sholeh! Shalat Jumat gak diingetin Letta aja lupa!"
"Astaghfirullah Arion, kamu ngomong jujur sekali."
Rion terkekeh, tapi saat pandangannya melihat anggota Terrell yang menunduk seketika senyumnya luntur. Rion melepas rangkulan Adrian, ia berjalan memasuki lingkaran yang di buat para anggota Terrell.
"Hai," sapaan kaku itu membuat para anggota Terrell mendongak.
Rion tersenyum tipis melihat itu. "Jangan sedih-sedih gitu muka kalian semua, gue cuma gak jadi ketua kalian lagi kok bukan mau mati."
"Makasih, bang ...."
Rion menoleh ke Leo, ia mengangguk. Matanya menatap satu persatu anggota Terrell. "Gue selama ini banyak salah sama kalian, gue sadar gue bukan ketua yang baik. Gue kadang sering seenak hati gue karena ngerasa bapak gue yang diriin Terrell."
"Lo ketua terbaik yang pernah gue kenal, Yon."
Rion terkekeh kecil tapi matanya tidak bisa berbohong, ia menangis. Rion mengusap hidungnya sambil menunduk sebelum kembali menatap para anggota Terrell. "Setahun waktu yang sangat cepet bagi gue bersama kalian semua. Kalian semua hebat, kalian semua dapat di percaya, kalian semua solidaritasnya tinggi. Gue bangga pernah menjadi ketua dari orang-orang hebat kayak kalian semua. Gue harap, setelah ini persaudaraan kita gak pernah putus. Kita tetap keluarga Terrell, kita tetep satu. Kalau ada yang saling butuhin kasih tau, jangan sungkan."
Rion berhenti sejenak untuk menarik nafas. Bayangan saat mereka bolos bersama, tawuran, dan balapan liar membuat Rion rasanya ingin menangis kembali. Memang bukan kegiatan baik, tapi itu semua membuat kenangan tersendiri di masa SMA nya. Jangan berfikir bahwa Terrell hanya melakukan hal negatif, mereka juga sering mengadakan bazar, ke panti asuhan, panti jompo, dan lainnya untuk memberikan sumbangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Teen FictionMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...