Bella memijat pelipisnya, beginilah keadaan rumah keluarga bapak Samudera apabila buna dan yayah gak ada. Letta dan Rion ribut terus dan akhirnya terpaksa Bella yang menjadi penengah.
"Bisa diem gak sih?! Gue lagi PMS! Jangan buat gue makan kalian!"
Letta memberhentikan jambakan nya di rambut Rion. Gadis yang masih memakai rok birunya itu menatap Bella. "Kakak jangan marahin Letta, marahin abang nih, jailin Letta mulu."
Mata Rion membulat, ia berusaha melepaskan jambakan Letta di rambutnya. Ah, sepertinya ide Rion dahulu agar adeknya ikut karate salah, kekuatan Letta menjadi tidak biasa. Rion memukul pelan tangan Letta yang ada di rambutnya. "Adek! Lepas kampret!"
"Gak mau! Dan diem, abang lebih kampret dari pada Letta!"
Rion menatap Letta. "Enak aja, kamu ya lebih kampret!"
Letta melepaskan jambakannya, ia melipat tangan di dada. "Tapi, yayah selalu bilang abang yang kampret. Yayah gak pernah bilang kalau Letta kampret. Hayo, mau gimana?"
Rion mengikuti gerakan Letta, melipat tangan di dada. "Mana ada ya, yayah sering bilang kamu kampret tapi waktu kamu gak ada."
"Enggak! Yayah mah sayang sama Letta, sama abang kan enggak."
Rion mengapit kepala Letta di ketiaknya. "Mampos! Makan nih, makan ketek abang!"
"Abang! Bau anjir! Lo gak mandi berapa tahun sih kampret?!"
Rion tertawa, ia semakin mengapit kepala Letta di ketiaknya. "Ciu huum sampai lo mabok, gue ikhlas."
Melihat wajah memerah Letta membuat Bella langsung berdiri. Ia menjewer telinga Rion. "Lepasin, adek lo mukanya dah merah. Mau lo di hapus dari KK?"
Rion langsung melepaskan tangannya dari leher Letta. Dan benar, wajah gadis itu sudah memerah sempurna. "Dek?"
Hidung Letta kembang kempis, matanya berkaca-kaca menatap Rion. "A- abang jahat!"
Rion mengacak-acak rambutnya. Kemudian tangannya menangkup pipi Letta. "Dek, maaf, abang gak sengaja, abang cuma bercanda."
"Eng- enggak, abang gak sayang sama Letta."
Rion berjongkok di depan Letta. "Dek, bercanda abang. Maaf sayang."
"Gak, abang gak ikhlas! Abang gak sayang sama Letta!"
Rion menatap Bella meminta pertolongan dan respon Bella malah membuat Rion berdecak. Dengan tidak berdosanya gadis itu malah menggidikkan bahunya. Rion mengelus-elus pipi Letta. "Adek cantiknya abang, jangan nangis lagi dong ...."
Letta menarik ingusnya. Rion yang melihat itu menyodorkan baju di bagian dadanya ke Letta. "Nih, baju abang untuk lap ingus kamu, abang ikhlas."
Letta menggeleng. Tapi, kemudian tangisan itu tergantikan oleh senyum setan gadis 13 tahun itu. Dengan cepat Letta langsung mendorong bahu Rion hingga pemuda itu terjungkal. "Prank! Selamat abang kena prank! Itu kameranya Letta letak di situ!"
"Bangsat!"
Letta tertawa, sesekali ia mengusap hidungnya. Letta berlari ke Bella saat Rion akan menangkapnya.
"Gak gue beliin coklat lo, Let!"
Letta mengerucutkan bibirnya, tapi tidak lama senyumnya terbit. "Gak papa, masih ada bang Adrian yang bisa Letta mintain coklat."
"Ya Allah, Let, minta yayah coklat aja lo bakalan di beliin satu pabrik. Jangan minta Adrian, yang ada otak lo di racunin sama dia."
Letta menjulurkan lidahnya ke Rion. "Bodo amat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Teen FictionMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...