"Abang gak ada perasaan lebih sama Belbel?"
Dan pertanyaan yang paling di hindari Rion keluar dari mulut Dyba akhirnya keluar lagi. Rion menggigit bibir dalamnya. "Gak," jawab Rion dan tanpa sadar mengalihkan tatapan matanya dari Dyba dan menggaruk hidungnya.
Dyba terkekeh, ia melepas tangkupan tangannya dari wajah Rion. "Dah pulang sana, bobok."
"Ih, malah di suruh pulang. Buna nanya gitu kenapa?"
Dyba menggeleng. "Gak papa."
"Ish, kayak cewek."
"Selama ini buna kamu kira apa? Bencong?"
Rion menyengir. "Buna itu malaikat yang di kasih Allah untuk Rion."
"Kalau Belbel?" tanya Dyba sambil tersenyum menggoda.
"Belbel?" Rion mengetuk-etuk jarinya di dagu. "Belbel itu bidadari."
Dyba tersenyum gemas, ahh bagaimana bisa ia memiliki putra yang di umur 18 tahun masih menggemaskan seperti ini? "Kalau Letta?"
"Dia gak berwujud. Kadang jadi malaikat, kadang bidadari, tapi kadang setan. Tapi, lebih sering jadi vampirina sih," ucap Rion sambil terkekeh di akhir.
Dyba ikut terkekeh, ia menepuk paha Rion. "Udah, sana pulang. Bentar lagi buna ada pasien."
"Yon ke tempat Bella boleh?"
"No! Kamu bakalan ganggu konsen dia! Pulang aja."
Rion mengerucutkan bibirnya. Ia berdiri dan mengecup pipi Dyba. "Ya udah, Yon pulang."
Dyba mengangguk. Ia menatap putranya yang sudah akan sampai di pintu ruangan nya. Saat tangan Rion sudah membuka pintu itu, Dyba berseru, "Abang!"
Gerakan tangan Rion terhenti, ia memutar tubuhnya dan menatap Dyba bingung. "Kenapa buna?"
"Buna bakalan dukung keputusan abang. Abang mau sama siapapun, kalau dia gadis baik bakalan buna dukung. Abang gak perlu bohong sama buna tentang diri abang. Jujur, sama diri sendiri kok bohong?"
"Ha?"
"Abang gak lupa kan buna apa?"
Rion meneguk ludahnya lagi sebelum menjawab, "Psikolog."
"Jadi, masih mau bohong sama buna nanti?"
Mendengar itu mata Rion membulat, ia dengan cepat membuka pintu ruangan Dyba dan menutup pintu itu dengan keras.
Sedangkan Dyba di dalam sana terkekeh. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bapaknya bucin, anaknya goblok banget soal percintaan." Dyba kemudian menangkup pipinya sendiri, menatap bingung ke arah depan. "Dia goblok percintaan ngikut siapa ya?"
***
Rion merebahkan tubuhnya ke atas kasur dengan kasar. Jadi, selama ini rasanya ke Ara hanya penasaran? Pantas saja, saat di dekat Ara dan saat ia di dekat Bella terasa berbeda.
Dan, emm ngomong-ngomong soal Bella, kenapa ia sekarang jadi ragu perasaannya untuk gadis 22 tahun itu? Dulu, secara langsung dan gamblang ketika di tanya seperti itu oleh siapapun ia akan langsung menjawab tidak. Tapi, sekarang? Rion tidak mungkin kan suka kepada bidadari seperti Bella? Kan mereka sahabatan, tidak mungkin ia suka.
"Gue bingung!" teriak Rion sambil menggulingkan-gulingkan tubuhnya di atas kasur.
Perkataan buna nya tadi juga semakin membuatnya bingung. Jadi masih mau bohong sama buna lagi? Maksudnya ia bohong terhadap perasaannya sendiri? Ia benar-benar mencintai sahabatnya itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Dla nastolatkówMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...