35

2.3K 376 147
                                        

Rion mengetuk kamar Bella, ia ingin menanyakan apa maksud perkataan gadis itu tadi pagi. Rion sedari tadi sudah mengirim pesan kepada Bella, tapi di baca saja tidak oleh gadis itu.

Pintu kamar yang sudah terbuka di hadapannya langsung saja di buat Rion untuk celah agar ia bisa masuk ke kamar gadis itu. Ia tau, kalau Bella sudah seperti ini, kemungkinan ia untuk bicara kepada Bella sedikit.

"Rion! Apa sih?!"

"Lo yang kenapa Bella? Gue chat gak di bales, gue telpon gak lo angkat. Tiba-tiba tadi pagi lo ngomong gitu. Lo kenapa, Bell?"

Bella duduk di kursi belajarnya menatap Rion yang tengah duduk di pinggir ranjang tepat menghadapnya. "Gue udah ngasih alasan kan tadi pagi. Gue gak mau di tuduh jadi pelakor kalau misalnya hubungan lo sama Ara kandas."

"Tapi, gue sama Ara emang udah putus Bella! Gue udah mau ngomong ini dari semalam, tapi lo badmood, gue tunda. Gue mau ngomong tadi pagi, tapi kayaknya mood lo belum baik, gue tunda lagi. Tapi, kenapa tiba-tiba lo ngomong gitu? Gue bingung, Bella."

Bella menarik nafas panjang. "Yon ... kita bakalan punya pasangan masing-masing, dan prinsip kita yang dulu kita buat gak masuk sama keadaan saat ini. Dulu, kita buat prinsip itu karena kita ngerasa, ah ya gak mungkin ada pasangan kita yang salah paham sama kita, tapi apa nyatanya? Pasangan kita gak selamanya ngertiin persahabatan ini!"

Dari Rion mengerut, ia berjalan mendekati Bella. "Bell, kan kita udah ngomongin ini, kalau dia gak bisa nerima lo atau gue, bakalan kita omongin dulu, dan kalau gak bisa bakalan di putusin kan?"

Bella tersenyum tipis, ia menunduk menatap Rion yang duduk di bawahnya. "Rion ... sekarang gue sadar, kita gak mungkin mutusin seseorang yang ada di hati demi persahabatan kita."

"Bella! Lo kenapa sih? Dulu lo gak pernah punya pemikiran kayak gini?"

"Karena cewek lo, Rion!"

Mata Rion menatap Bella mencari kebohongan di mata gadis itu, tetapi nihil, tidak ada. "Apa yang Ara lakuin sama lo?"

"Lo liat aja chat dia."

Rion dengan cepat mengambil ponsel Bella yang tergeletak di atas ranjang. Membuka whatsapp dan membuka chat Ara. Mengapa ia tidak menemukan roomchat ini tadi pagi? Atau mungkin tadi di arsipkan Bella?

Ara
Kak, kok lo jahat sih?

Arabella
Apa, Ra?

Ara
Kenapa lo gk bisa jauh² dari Rion? 4 bulan gue sama dia bayangan lo di diri dia gk bisa hilang! Dan akhirnya gue sama dia putus cuma gara² lo kak!

Arabella
Ra, maksudnya apa? Gue gak paham apa², selama ini gue sama Rion cuma sahabatan, Ra.

Ara
Gk ada persahabatan murni cewek sama cowok kak! Entah lo yang punya perasaan atau Rion yang punya perasaan sama lo! Lo kalau jadi sahabat, jadi sahabatan kayak umumnya aja kak, jangan ngomporin Rion biar putusin gue

Arabella
Ra!
Apa sih lo?
Gue gak ada ngomporin Rion!

Dan setelah itu Rion tidak melihat balasan karena selanjutnya centang itu menjadi satu dan foto profil Ara sudah tidak terlihat.

"Udah kan? Itu yang buat gue bilang gini, Rion! Lo pasti setelah ini punya pacar, dan gue juga bakalan punya pacar. Kita hilangin apa yang dulu kita omongin tentang persahabatan dan pacaran. Gue sadar setelah Ara bilang gitu, Yon, kita gak bisa sahabatan terus dan sedeket ini terus."

Sorot mata Rion berubah dingin, ia menarik nafasnya dalam. Bukan, ia bukan marah kepada Bella, ia marah kepada mantan pacarnya itu. "Tapi, gue gak suka kayak gini, Bella. Lo tau gue udah putus sama Ara, terus kenapa lo masih mau jaga jarak sama gue?"

"Karena sekarang bukan lo yang punya pacar, sekarang gue yang udah punya pacar."

***

"Ara! Lo punya masalah apa sih sama Bella?! Masalah lo itu sama gue, kenapa lo gituin Bella! Lo kemarin bilang, 'gue mau putus baik-baik' tapi nyatanya sekarang apa? Lo bullshit, anjing!"

"Kalau gak ada Bella, kita gak bakalan putus! Semua masalah kita selama ini cuma gara-gara dia kan? Gue gak suka sama dia, Ri!"

Rion menekan bahu Ara. "Terus lo kira gue suka sama lo? Gue makin muak liat lo kalau kelakuan lo yang kayak gini! Gue kemarin mau mikir gini, ok fine mungkin putus baik-baik gak bakalan ada masalah, tapi apa? Lo yang yang kayak bangsat! Gue gak pernah ngumpatin cewek, Ra, tapi berarti kalau gue udah ngumpatin lo, lo nya keterlaluan! Sumpah, kalau lo gak gini gue mungkin masih bisa berteman baik sama lo, anggap lo teman, tapi kalau gini gue udah anggap lo bukan manusia lagi, Ra."

"Gue gak peduli lo anggap gue apa lagi, karena di waktu gue marah sama lo karena gue ngata-ngatain Bella, di situ gue sadar lo gak mungkin anggap gue cewek baik-baik lagi. Sekalian aja gue jelek di depan lo kan?"

Rion meninju dinding yang tepat di samping kepala Ara. Untungnya belakang sekolah sedang sepi, jadi tidak mungkin ada yang mendengar mereka. "Lo boleh punya masalah sama gue, tapi jangan pernah rusak persahabatan gue."

Wajah di depan Rion berubah. "Rusak beneran? Gue kira Bella sahabat sejati lo gak bakalan termakan sama yang kayak gini, eh gak gue sangka ternyata dia masukin omongan gue beneran."

Tangan Rion melayang ingin menampar Ara, tapi seketika suara Dyba terdengar di telinganya.

'Semarah-marahnya kamu sama perempuan, jangan pernah main tangan. Sekali tangan kamu kena ke kulit dia dan nimbulin bekas, itu berarti kamu udah nyakitin fisik maupun batin dia. Orang tua nya aja gak pernah ngelukain dia, masa kamu yang bukan keluarganya mau nyakitin dia? Jangan goblok karena emosi, gantengnya buna.'

Rion mengepalkan tangannya saat tangannya sudah hampir mengenai pipi Ara. Gadis di depannya benar-benar tidak ia sangka kelakuannya. Sekarang kalimat 'Don't jugde a book from the cover' terasa benar di hidupnya. Ara yang ia kira gadis polos ternyata kelakuannya malah seperti ini.

Rion menatap Ara dengan sorot mata tajamnya, biasanya sorot mata ini hanya ia keluarkan kepada musuh Terrell, tapi sekarang sorot mata ini akan ia keluarkan kepada Ara. "Denger baik-baik, Ara. Mau lo ngelakuin apapun, gue gak bakalan bisa balik ke lo. Lo bukan lagi manusia di mata gue. Gue nyesel pernah pacaran sama orang kayak lo. Untung gue gak pernah cinta sama lo, mungkin bener kata lo, gue cuma penasaran sama perempuan bermuka dua kayak lo. Gue bersyukur gue gak perlu buka sifat asli lo karena lo sendiri yang ngelakuin itu."

Ara tersenyum sinis, ia dengan cepat mencuri satu kecupan di bibir Rion. "Akhirnya dapet."

Mata Rion membulat, nafasnya memburu. Dengan cepat tangannya melayang, sudah tidak ia pedulikan lagi ucapan Dyba. Dan tamparan keras langsung ia hadiahkan ke pipi Ara. "Bangsat! Murahan!"

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁´◡'❁)

Jangan lupa vote dan komen
Terima kasih yang udah baca, vote, dan komen cerita ku ♡♡

09 Mei 2021



The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang