Rion mengumpat saat melihat lima orang dengan badan kekar yang berjaga di depan pintu. "Shit!"
"Sen!"
Teriakan dan di susul dengan suara tamparan membuat tangan Rion mengepal sempurna. Rion menendang perut satu penjaga yang berlari ke arahnya. Rion terkekeh sinis. "Badan doang yang gede, di tendang dikit langsung jadi tape."
Rion maju, sekarang ia di kelilingi oleh empat orang yang badannya lebih besar dari pada badannya. Rion memejamkan matanya sejenak, 'Bell, tunggu gue, gue yakin lo bisa atasin mereka dulu buat gak nyentuh tubuh lo'. Setelah mengatakan itu di dalam hatinya, Rion langsung melancarkan serangannya.
Rion menendang penjaga yang dari depan. Tangannya di gunakan untuk menyikut penjaga yang dari belakang. Rion mengeteki kepala plontos salah satu dari penjaga itu. "Mau aja lo kerja sama orang biadab!"
Krek ....
Bunyi tulang leher yang patah dan erangan penjaga itu membuat beberapa penjaga menatap takut kepada Rion. Rion melepaskan kepala itu dari tangannya, ia ganti menatap dua orang yang sedang menatap nya dengan takut. Rion melemparkan helm nya kepada salah satu penjaga dan setelah helm itu di tangkap oleh penjaga itu Rion langsung berlari ke belakang penjaga dan menendang punggung itu.
Tatapan Rion beralih ke dua penjaga, tinggal mereka berdua. Rion berlari menuju penjaga yang ada di sebelah kanan dan membogem wajah itu dengan keras. Serangan dari kirinya membuat Rion menggelengkan kepalanya. Ia mencengkram kerah jas hitam itu dan tangan kanannya tidak berhenti untuk memukuli wajah penjaga.
"Bayangin kalau anak cewek lo mau di perkosa sama cowok lain? Lo bakalan diem? Enggak kan!"
Brak ....
Rion menabrakkan dua kepala yang membuat darah mengalir di pelipis kedua lelaki itu. Rion segera menghempaskan dengan kasar tubuh itu saat terdengar teriakan Bella lagi.
Tubuh Rion mendobrak pintu kamar itu dengan kasar yang akhirnya langsung membuahkan hasil. Pemandangan awal yang langsung ke arah Bella membuat Rion sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Bangsat! Anjing!" teriak Rion sambil berlari ke arah Arsen. Ia akan menghabisi lelaki satu ini dulu, emosinya terlalu besar untuk lelaki ini. Lelaki yang seharusnya menjaga sahabatnya, ini malah mau menjerumuskan Bella ke hal yang tidak-tidak.
Tanpa ampun Rion membogem wajah Arsen yang sudah meringis. Darah dari sudut bibir dan hidung lelaki itu sudah mengenai tangannya.
"Ini!"
Bugh ....
"Buat lo!"
Bugh ....
"Yang!"
Bugh ....
"Bisa-bisanya buat Bella sampai kayak gini! ANJENG!"
Bugh ....
Bugh ....
Bugh ....Tiga bogeman itu berhenti karena adanya pukulan Arkan di kepala bagian belakangnya. Rion meringis, ia sempat menatap Bella sekilas yang sedang menangis tanpa suara, rasanya ingin Rion memeluk tubuh itu, tapi amarahnya terhadap Arkan lebih ia pentingkan.
Rion berdiri dari atas tubuh Arsen yang tadi ia duduki. Tubuh dengan balutan kemeja abu-abu itu sudah lemas, di tambah bercak darah yang sangat banyak di wajahnya. Rion menyeringai ke Arkan. "Belum nyerah lo deketin Bella? Pukulan gue yang buat tulang punggung lo retak kurang?"
Tanpa ada aba-aba Rion langsung maju dan mencengkram kerah baju Arkan. Bibirnya berbisik di telinga Arkan. "Gue dah bilang sama lo, lo apa-apain Bella bisa jadi lo udah gak liat dunia. Sekarang mau gue buktiin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Teen FictionMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...