"Bel ...."
"Apa, Yon?"
"Lo lagi deket sama cowok?"
Bella memberhentikan kegiatan menulisnya. Mengerutkan kening dan menatap pemuda yang lebih tua darinya itu. "Enggak, kenapa? Lagi pula kapan gue deketnya sama cowok? Lo tau gue selama co-ass ini susah nyari waktunya. Kalau lagi libur mendingan gue tidur di rumah."
Rion menghembuskan nafas panjang, menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan. "Gak ada sama dokter?"
Bella menggeleng. "Mau fokus co-ass dulu. Kenapa kok tumben nanya gini?"
Rion menyengir. "Gue takutnya gak jadi sahabat lo lagi karena lo udah jarang cerita masalah cowok ke gue. Gue takut punya salah sama lo sampai lo gak mau cerita ke gue."
"Serius punya pikiran kayak gitu?" Melihat anggukan Rion membuat Bella mengacak rambut Rion. "Gue emang gak lagi deket sama siapapun, embul, dan lo gak ada punya salah apapun sama gue."
"Kalau gue salah ngomong ya, gue gak mau kehilangan sahabat kayak lo. Kalau bisa segala hal yang lo lakuin hari ini lo cerita ke gue, begitupun gue sama lo."
Bella tersenyum geli, ia ikut menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan dan menghadap ke kiri-- tepat ke pemuda yang juga sedang menelungkupkan kepalanya. "Lagi kenapa sih?"
"Gak tau, gue takut lo hilang aja."
"Mau hilang kemana gue? Digondol doggy?"
"Doggy yang bakalan gue buang kalau lo di gondol sama dia."
Bella tersenyum, ia menatap dengan seksama garis wajah Rion yang ahh kalian tau sendiri bagaimana. Alis tebal itu membuat Bella gemas, kenapa kebanyakan lelaki dilahirkan dengan alis tebal?
"Bel ...."
Bella kembali menatap mata coklat itu. "Kenapa, embul ganteng?"
"Maafin gue ya?"
"Apa?"
"Kejadian satu minggu yang lalu."
Mendengar itu mata Bella mengerjap. Dengan perlahan panas di wajahnya menguar dan membuat wajah itu menjadi memerah.
Flashback on ....
"Yon ...."
Bukannya berhenti, Rion malah semakin mendekatkan wajahnya. Remasan Bella di kaos lelaki itu semakin menguat saat nafas Rion benar-benar menerpa wajahnya.
Bella memejamkan matanya saat hidung Rion sudah menggesek hidungnya. Entah kemana arahnya tenaga yang biasa ia gunakan untuk memukuli pemuda itu. Entah kemana pita suaranya yang biasa mengeluarkan suara cempreng nya saat Rion melakukan hal aneh kepadanya.
Benda basah dan kenyal yang sudah menempel di sudut bibirnya membuat Bella menahan nafasnya. Bertahan sepuluh detik sampai akhirnya benda itu menjauh, tetapi nafas Rion masih menerpa wajahnya.
"Buka mata, Bell," ucapan itu dan beban berat yang sekarang berada di atas keningnya membuat Bella meneguk ludahnya sebelum membuka matanya.
Bella semakin tidak bisa berkata-kata saat melihat mata coklat indah yang menatap nya dengan tulus itu. Binaran kebahagian jelas terlihat di sana.
"Bell ...."
"Hmm?" Tenggorokan Bella serasa kering karena terlalu sering meneguk ludahnya berkali-kali. Di tambah suara Rion menjadi tambah serak di bandingkan sebelumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Ficção AdolescenteMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...