Masih dengan seragam putih abu-abunya Rion dengan santainya duduk di motor yang ia parkirkan di depan gedung kampus Bella. Entahlah, ini hanya inisiatifnya saja untuk menjemput gadis itu. Hari ini tidak ada tugas negara ataupun pelajaran di sekolah, jadi ia memutuskan untuk bolos di jam pelajaran terakhir dan menjemput Bella.
Rion berdecak, sudah berapa banyak mata yang melihatnya sejak ia datang ke sini 15 menit yang lalu? Apa ada yang salah dengan seragam putih abu-abu yang ada di tubuhnya ini? Apa penampilannya terlalu mencolok? Padahal jaket hitam andalannya sudah melekat di tubuhnya, tetapi memang sengaja tidak ia resleting.
"Seganteng itu gue sampe dia gak liat orang segede itu di depannya?" Rion terkekeh sendiri melihat seorang mahasiswi yang melihatnya sedari tadi sehingga saat mahasiswi itu berjalan ia menabrak orang di depannya.
Rion mengetuk-etuk tangki motornya, mata coklatnya mengelilingi sekitar untuk mencari seorang Bella yang bertubuh mungil itu. Gadis 21 tahun itu hanya sedadanya, entahlah ia yang tumbuh ketinggian atau Bella yang tidak tambah tinggi.
"Belbel, belbel, kamu di mana?" gerutu Rion sambil mengetuk-etuk tangki motornya.
"Ngapain?"
Rion tersentak, ia langsung melihat ke samping kanan karena tepukan dan suara itu. "Bang-- astaghfirullah Belbel, lo kayak setan!"
Bella terkekeh. "Maaf, Yon. Kok udah di sini? Gak sekolah? Bolos lagi ya lo?"
Rion berdecak, ia mengambil laptop dan beberapa buku yang di tenteng Bella. "Jangan suudzon dulu sama gue. Dari pada gue gabut di sekolah terus ngerokok, mendingan gue bolos terus jemput lo. Dari pada lo nungguin supir entar lama, ya udah gue ke sini aja," ucap Rion sambil memberikan helm ke Bella.
Bella menyengir. "Emang kenapa lo gabut? Gak ada pelajaran?"
Rion mengangguk. "Huum, gurunya rapat."
Bella mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar itu. Baru saja ia menyentuh bahu Rion agar bisa menaiki motor besar itu tetapi suara mencibir dari sebelahnya membuat Bella menghela nafas kasar.
"Idih, mau-maunya sama anak SMA. Berondong."
Bella melipat tangannya di depan dada. "Lo kenapa julid amat sih? Punya masalah apa gue sama lo? Gue pernah rebut pacar lo? Enggak, bahkan gak sudi! Gue pernah ngebacotin baju lo yang kurang bahan? Enggak kan? Gak usah suka urusin gue, entar yang ada lo malah suka sama gue."
Rion mengulum bibirnya, tawanya ia tahan agar tidak keluar. Bella kalau sudah tidak suka sama orang ya begini, mulutnya langsung ceplos dan omongannya yang pedes.
Perempuan di depan Bella ikut melipat tangannya di depan dada. "Secantik apa lo sampai bilang gitu? Jangan mentang-mentang lo jadi incaran anak kampus, jadi lo ngerasa sok cantik gitu."
Mata Bella terbelalak, ia berpura-pura menutup mulutnya. Tidak lama, ia mengambil ponselnya yang ada di saku celananya dan menunjukkan layar hitam ke depan perempuan itu. "Lo ngomongin diri lo sendiri ya? Upss, maaf keceplosan."
"Bangsat!"
Bella menampilkan wajah polosnya, ia meletakkan kembali ponsel ke celananya. "Wah marah, berarti beneran ngerasa. Dikit-dikit marah, gak asik." Bella terkekeh melihat wajah memerah perempuan yang menjadi satu angkatannya ini. Bella menepuk bahu perempuan itu. "Gue pulang dulu ya, capek ngeladenin mak lampir kayak lo."
Setelah merasa Bella sudah duduk di atas motornya, Rion memberikan laptop dan buku yang gadis itu tenteng tadi, tidak mungkin ia yang membawa sambil mengendarai motor. "Udah?"
Bella mengangguk setelah memasukkan laptop dan bukunya ke tas sekolah Rion. "Udah."
Sebelum Rion melajukan motornya, Bella sempat tersenyum manis ke perempuan yang masih setia melihatnya dengan tatapan yang tajam. "Bye bye Aurora. Nama lo cantik, tapi sayang namanya gak sesuai sama orangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of BERI [Selesai]
Teen FictionMengenal sang tetangga sedari ia kecil membuat kehidupan Arion tidak pernah lepas dari seorang Arabella. Begitu juga dengan kehidupan gadis itu, bayang-bayang Rion dari hidup Bella tidak pernah hilang. "Belbel pendek! Dulu ngejek gue pendek dari pa...