03

3.6K 520 109
                                    

"Abang ...."

"Apa cantik?"

Gadis pemilik mata biru itu tersenyum manis. "Letta udah boleh punya pacar belum?"

"Uhuk ... uhuk ...."

Mata Letta membulat, ia dengan cepat memberikan minum kepada Rion. "Ih, pelan-pelan abang."

Rion meneguk air putih dengan susah payah, tenggorokannya rasanya begitu saja. Bagaimana tidak? Saat memakan kripik kentang, terus keselek, sedap sekali rasanya. "Kamu aneh-aneh nanyanya. Masih kecil!"

"Letta udah 13 tahun abang. Teman-teman Letta juga udah pacaran semua."

"Apapun alasannya gak boleh. Masih kecil, entar sakit hati nangisnya ke abang."

Bibir Letta mengerucut. "Tau gitu Letta cerita ke kak Belbel aja tadi."

"Belbel ujian."

"Cerita ke buna boleh gak ya?"

"Buna! Letta manggil nih!" teriak Rion yang membuat Letta langsung menutup mulut Rion.

"Abang! Letta kan cuma nanya doang!"

"Kenapa anak-anak buna?" tanya Dyba sambil menuruni tangga.

"Anak buna tuh udah nanyain mau pacaran."

"Eh, gak boleh!"

Jelas suara itu bukan dari Dyba, tapi dari Sam yang entah kapan bersedekap dada di belakang sofa. Letta menghela nafas panjang. "Siapa sih yang mau pacaran? Letta aja gak ada yang deketin. Tiba ada yang deketin udah di sidang dulu sama abang."

Sam terkekeh, ia duduk di samping Rion dan memukul lengan Rion. "Bagus, jangan bolehin adek kamu di deketin cowok dulu."

"Jelas dong, entar dia yang sakit hati satu rumah eh enggak dua rumah yang bingung nenanginnya gimana."

Dan Letta kalau sudah seperti ini hanya bisa pasrah. Yayah dan abang posesif nya tidak akan pernah berada di pihaknya. Di tambah lagi ada Bintang yang sudah menganggapnya sebagai anak, jadi tambah susah.

Dyba duduk di samping Letta, mengelus rambut halus putrinya. "Letta masih kecil, umur Letta bahkan belum tujuh belas tahun. Yayah sama abang bukannya gak bolehin Letta pacaran, tapi mereka takut Letta sakit hati. Kalau kamu dah sakit hati, itu susah nyembuhinnya sayang. Bakalan kerasa dan kebayang terus sampai kapan pun."

"Tapi, temen-temen Letta udah pada pacaran, bun."

Rion memasukkan satu keripik kentang dengan paksa ke mulut Letta. "Biarin, kamu sama temen kamu beda. Abang gak mau harus ngeluarin tenaga kalau tiba-tiba kamu pacaran terus pacar kamu berkhianat atau macem-macem sama kamu. Abang aja males pacaran, malah kamu yang pengen pacaran."

Letta merebahkan kepalanya ke bahu Rion. "Iya lah abang ada kak Belbel, lah Letta ada siapa?"

"Ayah sama abang."

Letta langsung menegakkan kepalanya, menatap kedua lelaki yang mirip di depannya. Kedua lelaki itu yang menjawab dengan serentak pertanyaan Letta tadi. "Kok bareng?"

Rion dan Sam terkekeh. "Jelas dong," jawab Sam sambil menepuk bahu Rion.

Mata Rion memicing. "Yayah ih, biasa aja dong, dari tadi nepukin bahu abang terus."

"Kamu sih dah lama gak di rumah."

Rion menyengir. "Urusan negara, yah."

"Heleh, urusan negara atau urusan Bella?"

"Negara buna, banyak masalah di grup, kayaknya mau ngajak tawuran mulu geng samping."

Mata Sam berbinar. "Wah, gas aja, bang. Lumayan untuk olahraga."

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang