17

2.7K 409 172
                                        

Adrian berdecak, temannya ini memanglah. "Yon!"

Rion yang tengah mencubiti pipi Ara menoleh. "Kenapa?"

"Ckk, nanti aja deh. Bingung gue ngomongnya."

"Oke." Rion kembali mencubit pipi Ara. "Gumus."

Ara memukul tangan Rion yang mencubit pipinya. "Lwepwas ...."

"Ngomong dulu yang bener baru gue lepas."

"Yon, lwepas pipinya Ara!"

Tawa Rion keluar, ia dengan bahagia melepas tangannya dari pipi Ara. "Lucu banget sih kalau mukanya merah gitu."

Bukannya memadam, wajah itu malah semakin memerah. Ara mencibikkan bibirnya. "Kampret emang lo!"

"Emang." Rion mengacak-acak rambut Ara. "Gue bolos dulu. Jangan kangen sama gue."

Ara menahan tangan itu. "Ke mana? Jangan bolos entar lo tambah goblok."

"Astaghfirullah mulutnya minta gue tabok! Gue tuh bukannya goblok, tapi agak gak pinter aja."

"Sama aja. Beneran mau bolos?"

Rion mengangguk, ia berdiri. "Males pelajaran matematika, panas otak gue."

"Nanti waktu ngambil alih perusahaan pasti hubungannya sama mtk terus pun."

Rion terkekeh, tangannya dengan jail menarik hidung Ara. "Itu dipikirin nanti, yang penting sekarang gue lagi gak pengen belajar. Yayah gue aja yang sering bolos nyatanya bisa majuin perusahaan, masa gue enggak? Dah, bye cantik, jangan kangen."

"Idih najis!"

Rion tertawa, ia kemudian menatap Adrian. "Yok, Yan!"

Adrian mengangguk, ia mengikuti langkah kaki sahabatnya itu yang akan ke arah rooftop. Adrian mengernyit. "Mau ngerokok lo?"

"Iya, pait banget mulut gue udah lama gak nyebat."

"Belbel?"

Rion membuka pintu rooftop. "Gak bakalan tau, dia tau kalau lo bocor aja sama dia."

Adrian menghela nafas panjang, akhir-akhir ini ia seperti tidak mengenal sosok Rion. Pemuda itu menjadi lebih aneh-- emm, lebih tepatnya kelakuannya seperti bukan Rion.

Adrian menyandarkan tubuhnya di perbatasan besi balkon. "Lo sama Ara pacaran?"

Rion menggidikkan bahunya. "Gak."

"Terus yang lo cubit-cubit pipinya, yang lo acak-acak rambutnya, lo tarik hidungnya, dia gak baper emangnya Arion putra bapak Samudera?"

Rion menyesap benda panjang yang tengah mengeluarkan asap itu. Menghembuskannya ke atas sambil menatap Adrian bingung. "Gue sama Belbel sering gitu, nyatanya apa? Gue sama Belbel gak ada yang punya perasaan kan? Belbel suka sama cowok lain bahkan kemarin udah pacaran dan gue anggap dia sebagai sahabat plus kakak."

"Ara sama Bella beda. Bella udah lo perlakuin selayaknya ratu lo dari kecil, dan Ara baru akhir-akhir ini, Rion! Gue tanya sekarang sama lo, lo punya perasaan gak sama Ara?"

"Gue?" Rion menunjuk dirinya sendiri dan dibalas anggukan Adrian. "Tak tau."

"Lo bukannya orangnya gak mau nyakitin hati cewek ya?"

Rion menghembuskan asap rokoknya sekali lagi sambil mengangguk. "Iya."

"Kalau nih, kalau nih ya ...."

"Apa?"

"Ara baper sama lo gara-gara perilaku lo sama dia, tapi lo nya cuma anggap dia temen, kan dia bakalan sakit hati. Kalau lo gak suka, perilaku lo biasa aja Rion, sama kayak cewek lain yang pernah deketin lo. Tapi, kalau lo suka, lo tembak sekalian biar jelas."

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang