52

2.7K 425 81
                                        

Rion mengerjap saat sinar terang mengenai netra coklatnya. Saat matanya terbuka, mulutnya menganga. "K- kak Airin ...."

"Hai, ganteng." Airin tersenyum lebar, ia mengusap kepala Rion dengan lembut.

Rion menatap sekitar, taman bunga yang asri dan banyak kupu-kupu membuatnya langsung menatap Airin kembali. "Kok Yon di sini?"

Airin menggidikkan bahunya. Airin duduk di hadapan Rion, ia menggenggam tangan Rion yang terasa dingin. "Kamu udah gede aja, dulu ketemu kakak kamu bahkan belum bisa ngomong r."

Rion menatap mata biru menenangkan di depannya, ia tidak menyangka ia akan bertemu lagi dengan kakak cantiknya. Air matanya menetes saat usapan lembut tangan Airin di pipinya.

Airin berdecak. "Males kakak kalau kamu nangis gini. Udah gede, jangan nangis, apalagi buat orang-orang nangis."

"Kakak cantik ...." ucapan itu terucap begitu saja dari bibir Rion.

Airin tersenyum. "Iya dong, bunda sama ayah aja ganteng. Iya kan?"

Rion hanya mengangguk. Seketika rasanya untuk bersuara ia begitu berat. Melihat wajah bersinar dan bersih di depannya menambah sesuatu di dalam dirinya bergejolak. Airin kalau dulu bisa menjadi kakaknya benar-benar menjadi seorang perempuan yang sempurna, lebih cantik dari pada buna nya.

"Liat, cewek kamu nangisin kamu."

Mata Rion mengikuti jari telunjuk Airin yang mengarah ke bawah. Matanya mengerjap saat melihat Bella yang tengah menangisi seorang lelaki dengan tubuh yang penuh alat. Sebentar-- tadi Airin bilang apa? Nangisin kamu? Berarti itu ... dirinya?

"Kok?"

Airin memukul pelan pipi Rion. "Makannya berjuang bangun. Kamu emang mau di sini sama kakak ninggalin yayah sama buna? Apalagi Letta sama cewek kamu pasti kejer nangisnya."

Sekelebat bayangannya saat ia di senggol truk dan tiba-tiba tubuhnya seperti melayang saat mobil di belakangnya menubruk motornya terlintas di kepalanya.

Airin mengecup pipi Rion. "Berjuang, kamu belum waktunya di sini sama kakak. Kakak cuma minjem kamu bentar, kakak kangen sama kamu. Liat kamu kakak bisa liat diri yayah. Kakak bahkan dah gak bisa ketemu sama yayah buna walaupun di mimpi. Jangan nyerah, kamu kuat."

"Tapi rasanya badan Yon capek, kak," ucap Rion sambil meringis. Entah kenapa seketika tubuhnya seperti terbentur sesuatu yang keras. Bahkan rasanya untuk duduk tulang punggungnya serasa mau patah.

Airin menggenggam tangan Rion. "Berjuang sayang, berjuang ganteng, banyak yang nungguin kamu di sana."

Air mata Rion menetes, dengan perlahan ia menidurkan dirinya di atas dinginnya lantai marmer putih bersih yang ada di sana. "Sa- sakit kak ...."

"Sayang, Rion ganteng, yok bangun. Liat, mereka semua nangisin kamu."

Rion meringis, ia meremas tangan Airin. "Yon sama kakak, ya, Yon gak kuat. Sakit, kak ...."

***

Sedangkan Bella di sini sedang memegang tangan pemuda yang detak jantungnya semakin melemah. "Yon ... sayang Bella ... bangun, jangan tinggalin Bella."

Bella menatap layar monitor, belum ada perubahan kalau detak jantung Rion semakin cepat. Dan setelah bertanya mengenai kondisi Rion kepada dokter yang menangani Rion, Bella baru mengetahui ternyata Rion juga mengalami patah tulang belakang, untungnya tidak terlalu parah, tetapi tetap saja memberikan rasa tidak nyaman di tubuh Rion.

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang