10

3K 429 66
                                        

"Yon, Ara dari tadi liatin lo tuh."

"Biarin, orang gue ganteng makannya dia liatin gue."

"Asyem!"

Rion mengedipkan sebelah matanya ke Adrian. "Gue tuh manis, Yan."

Adrian memukul lengan Rion dengan keras. "Jijik bangsat!"

"Idih, bersyukur kek. Jarang-jarang loh gue kasih kedipan kayak tadi, kedipan tadi khusus lo aja loh gue keluarin."

"Tapi, gue masih waras, setan!"

Rion menganggukkan kepalanya, ia menunduk untuk menatap ponselnya lagi. "Iya, gue setan lo iblis."

"Astaghfirullah, sabar Adrian, sabar. Punya temen laknat sabar aja, harus baik-baik supaya bisa dapat adeknya."

"Adek gue yang ogah sama lo."

"Buset dah Arion! Lo nyenengin gue sedikit aja kenapa?"

Rion membalas pesan Bella dahulu sebelum mematikan ponselnya. Ia menatap Adrian. "Lo ganteng, ganteng banget loh, Yan. Adek gue pasti suka sama-"

"Sama gue?"

Rion mengangguk. "Iya."

Binaran mata Adrian terlihat. "Serius?"

Rion mengangguk dengan penuh keyakinan. "Iya. Letta pasti suka sama lo, tapi di mimpi lo aja."

"Arion bangsat! Arion laknat!"

Rion tertawa, ia dengan cepat berlari sebelum serangan babi liar-- eh astaghfirullah maksudnya Adrian menghantamnya.

"Jangan lari lo bangsat!"

"Makin gak gue restuin lo sama adek gue!"

Adrian berdecak. Ia berhenti, menatap Rion yang berhenti tepat di depan Ara. Bahkan, jarak kedua manusia itu tidak jauh, hampir saja wajah mereka menempel apabila Rion tidak mengerem langkahnya.

Rion meneguk ludahnya, ia dengan cepat memundurkan wajahnya dan menggaruk tengkuknya. Wajah gadis di depannya memerah sempurna sampai telinganya ikut memerah.

"Maaf, Ra, maaf."

Ara tersentak, ia langsung menundukkan pandangannya. Wajahnya terasa panas. "I- iya gak papa."

Adrian menepuk punggung Rion. "Makannya kalau mau lari liat depan, jangan ledekin gue terus."

Mata Rion memicing, sebelum pergi dari hadapan Ara, ia sempat menepuk kepala Ara beberapa kali. "Maaf ya."

Adrian mengikuti langkah Rion yang sudah berlalu keluar kelas. Adrian merangkul bahu Rion. "Yon, uhuy gak liatin cewek cantik dari deket gitu?"

"Uhuy gundulmu! Udah biasa kalau kayak gitu sama Belbel."

"Wah, wah, masih Belbel aja nih."

"Jelas, Belbel in my heart."

"Hilih bicit. Kalau suka bilang aja, gak usah disembunyiin di balik kata sahabat sama adek kakak."

"Holoh bocot! Lo aja suka sama Letta gak bilang-bilang. Takut sama bapak gue kok gak siap-siap."

Adrian memukul punggung Rion, ia melepaskan rangkulannya di bahu Rion. "Kampret lo, memutarbalikkan fakta aja. Kalau enggak gue sama Belbel aja deh, lo sama Ara."

"Lo mau kain kafannya di apain? Batik? Tye dye? Polos? Atau motif macan?"

Adrian bergidik. "Lo mah semuanya gak boleh. Sama Letta gak boleh, sama Belbel gak boleh. Kalau Ara gue gebet boleh?"

The Story of BERI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang