Part ini ditulis pada pukul 00.20 WIB, dan di publish pukul 01.59 WIB🔥
Ceritanya masih nyambung sama extra part sebelumnya
Maap kalo banyak typo, dadakan banget soalnya.Eh, tapi masih ada yang baca cerita RAVELO engga ya?🥺
💍
“Ta,”
Ravelo mengejar Tabita. Agak susah berlari di pasir seperti ini.
“Tata…” panggilnya lagi sambil menarik lengan Tabita yang tak kunjung menoleh.
“Apaan sih, sana!” usir Tabita menyentak tangan Ravelo.
Tapi yang dilakukan Ravelo justru berjalan di samping Tabita. Cewek itu berusaha mengabaikan, namun Ravelo terus menatapnya tanpa beralih.
“Gak usah ngeliatin gitu! Iya, tau gue jelek. Mau apa?” tantang Tabita memajukan dagunya.
“Gue aja enggak ngomong,” balas Ravelo.
Tabita melirik sinis. Bisa-bisanya wajah Ravelo yang datar itu terlihat menggemaskan baginya. Ia mendengus sebal.
“Balik aja sana. Nanti gue nyusul kalo udah hapus make-up.”
“Kenapa dihapus?” Ravelo mengernyit.
“Gak pa-pa. Jelek juga nih make-up," kata Tabita mengingat candaan Ravelo tadi.
“Gue gak bilang make-up lo jelek,” balas Ravelo kalem.
Tabita diam. Masih dengan wajah ditekuk dan bersedekap.
“Ta, heh! Gue tadi cuma bercanda.” Ravelo berusaha meraih tangan cewek itu.
“Tapi bercanda lo nyakitin, Rav,” tukas Tabita menaikkan suaranya. Membuat Ravelo bungkam.
“Jangan drama!” bentak Ravelo lelah.
“Tuh kan.” Ia sudah menebak respon cowok itu. Tidak mau kalah.
Kedua matanya sudah memanas, bibirnya bergetar hanya karena mendengar bentakan itu.
“Nah, kan kalau nangis gini beneran jelek. Cantik-cantik cengeng," ledek Ravelo.
Masih saja. Bukannya membujuk agar Tabita berhenti menangis. Ravelo justru mengomel. Sementara Tabita sudah sesenggukan.
Ravelo mendongak, menghela nafas panjang. Ia memang kelewatan selalu membuat Tabita terus menangis. Ravelo sebenarnya bingung, ingin berubah lebih sabar dan memahami, tapi dirinya sendiri sulit sekali untuk mengontrol emosi. Dan ia sering kelepasan di depan cewek itu. Bawaannya kesal terus, padahal bukan itu yang Ravelo inginkan.
Ravelo memegang kedua pundak Tabita yang semakin terisak. “Udah diem. Mubazir make-upnya.”
“Gue tetep mau hapus make-up dulu,” kata Tabita di sela tangisannya.
“Enggak usah, bandel!”
Lagi kan. Ia kelepasan.
Ravelo memejamkan matanya sejenak.
“Enggak usah ya? Kita balik aja, gak enak ditungguin yang lain,” bujuk Ravelo lebih lembut.
“Kenapa sih?”
“Udah cantik, Tata," ucapnya serius.
“Boong.” Tabita mengusap air mata dan ingusnya dengan telapak tangan. Mencuri pandang pada Ravelo yang kini mengulum senyum. “Minggir ah!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...