"Halo gaes, welcome back to my story. Happy reading."❤
-Tabita Deora Cadence
💍
Mobil Ravelo sampai di depan gerbang rumah keluarga Cadence. Ia menoleh ke belakang dimana Tabita duduk melamun diantara lima arum manis berukuran lumayan besar. Cewek itu tetap tidak mau duduk disebelah Ravelo. Entah apa alasannya.
"Ta,"
Tabita tidak menjawab. Pikirannya sedang sibuk bertanya dan memikirkan segala macam kemungkinan tentang Excel, Maya, dan hubungannya dengan Excel kelak.
Tidak juga dihiraukan, Ravelo memencet klakson mobilnya. Berguna membuyarkan lamunan Tabita.
"Brisik woy, rumah orang, nih," protes Tabita.
"Turun. Gue mau pulang!" perintah Ravelo.
Tabita berdecak. "Bilang dong. Gak usah pake klakson klakson segala," ujar Tabita kembali dalam mode galak.
Tabita menaruh lima arum manis dalam dekapannya. Saat ingin keluar dari mobil, kepalanya malah terantuk atap mobil.
"Aduh," rintih Tabita meringis. "Ishh, lo beli arum manis banyak banget sih, Rav. Nyusain orang," gerutu Tabita.
Ravelo mengangkat sebelah alisnya. Bukankah Tabita sendiri yang merengek minta dibelikan lima arum manis sekaligus? Kenapa sekarang jadi Ravelo yang disalahkan? Memang benar kata pepatah 'cewek selalu benar'.
"Huh." Tabita berhasil mengambil semua arum manis
Tanpa pamit apalagi mengucapkan terima kasih, Tabita langsung melangkah begitu saja memasuki gerbang rumahnya.
"Sama-sama," sindir Ravelo.
Tabita berbalik seraya memutar bola matanya. "Makaseh," ucapnya setengah tidak ikhlas. "Sori tadi lo harus liat drama juga," imbuh Tabita.
Ravelo mengangkat bahu. "Lain kali jangan cengeng."
"Namanya juga cewek. Disakitin dikit nangis," sahut Tabita.
"Lemah," ejek Ravelo.
Tabita terkekeh, "Hehe...kalo lo baik terus gini, gue jadi fine-fine aja terima tawaran lo tadi."
"Yang mana?"
"Yang katanya lo mau temenan?"
"Emang mau?" tanya Ravelo memastikan.
Tabita mengangguk antusias. Ia mengulurkan tangan. "Kenalan ulang dulu dong. Gue Tabita Deora Cadence mengijinkan saudara Ravelo Arjanta Zeralda selaku mantan dari masa lalu untuk berteman kembali," ujarnya melengkungkan senyum.
Ravelo memasang tampang aneh. "Gue cuma mau temenan, bukan lamaran."
"Ya gak pa-pa, ini sebagai tanda gue terima ajakan lo berteman. Mau gak?" desak Tabita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...