40.

3.2K 195 13
                                    

Hari-hari menegangkan selama Ujian Nasional berlangsung telah berlalu. Rasanya lega. Bebas. Ravelo, Alvan, Alvin, Wildan, dan Zafran tengah berkumpul di tempat parkir sepeda motor. Kebiasaan mereka ketika pulang sekolah, menunggu sepi baru kelimanya pergi.

Ada Alvan dan Alvin duduk di atas motor, Wildan dan Zafran berbaring di bangku panjang. Sementara Ravelo berdiri bersandar pada tiang spanduk menghindari asap rokok yang disebabkan Zafran.

"Ujian udah selesai. Bentar lagi kita lulus, guys," kata Alvin.

"Iya, gak kerasa. Kayaknya baru kemarin gue ketemu lo pada waktu MOS, terus kita sama-sama di hukum," ujar Wildan menerawang.

"Belum ada gue," sela Ravelo.

"Gak kerasa juga, kayaknya baru kemarin sore gue kenalan sama lo. Di hukum pak Sabar, bolos waktu jam pelajaran. Lo marah-marah sama gue pas ngerokok depan lo. Padahal sekalinya nyoba juga ketagihan." Alvan terkekeh menepuk pundak Ravelo.

Zafran membuang puntung rokoknya. "Gue jadi inget waktu pertama kali Ravelo mabuk."

"Gue mabuk tetep ganteng kan?" Ravelo menaik-turunkan alisnya.

"Nyusahin," balas Zafran. Kelimanya tertawa tiap kali mengingat kejadian saat pertama kali Ravelo mabuk parah dan Zafran langsung mengabari Wildan, Alvin, dan Alvan untuk segera datang ke apartemennya pukul tiga pagi.

"Setelah lulus kalian mau kuliah?" tanya Ravelo.

"Woiya dong. Gue mau lanjut kuliah," sahut Alvin.

"Lo juga, Van?"

"Itu rencana gue duluan. Dia mah ikut-ikut, gak kreatif," sungut Alvan menonyor kepala Alvin.

"Gue kayaknya mau kerja aja deh. Bantu nyokap nyari rejeki," ujar Wildan tersenyum tipis. Teman-temannya memaklumi, Wildan memang anak yatim, wajar saja ia merasa punya bertanggung jawab untuk menghidupi dirinya dan ibunya. "Oh ya, Zaf. Kasih gue lowongan kerja di club lo dong," seru Wildan.

Zafran mengangguk. "Langsung kerja aja," sahutnya tanpa pikir panjang. Bos mah, bebas.

"Beneran, Zaf." Wildan nampak berbinar.

"Hm."

"Asiap, bos Zafran." Wildan memberi hormat pada Zafran.

"Baik-baik lo kalo kerja yang bener, enggak malah mabuk," nasihat Ravelo.

"Bereslah." Wildan mengacungkan ibu jarinya mantap.

"Lo mau kuliah dimana, Zaf?" tanya Alvin.

Zafran mengangkat bahu. "Belum kepikiran. Paling juga yang deket-deket. Gue juga harus mantau club."

"Kalo lo sendiri?" Alvan menoleh pada Ravelo.

"Balik ke habitat," jawabnya asal.

"Kebun binatang?" seloroh Alvin.

Alvan menepuk keras punggung kembarannya. "Goblok. Itu mah elo, Vin."

"Gue mau kuliah di Jerman," tukas Ravelo mendongak.

"Lagi? Kenapa enggak disini aja?" seru Wildan bangun dari posisi tidurnya.

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang