"Mulai sekarang, gue mohon sama lo, jangan pernah ganggu Maya lagi. Sekali lo langgar, tau sendiri akan berhubungan dengan siapa."
-Ravelo💍
"Mana gue tau dan gak mau tau!" seru Tabita menggema di koridor sepi kelas XI.
"Kok lo marah, sih. Gue kan cuma tanya keadaan pacar lo sekaligus temen gue," protes Indra. Pasalnya Tabita terlanjur emosi begitu mendengar nama Excel.
"Sstt, bisa gak lo berhenti nyebut 'pacar lo'?! Perlu berapa kali gue bilang, kalo sekarang gue gak ada urusan lagi sama temen lo. Dan gue gak tau dia dimana. Titik." Tabita mengakhiri penuh penekanan, kemudian pergi begitu sama meninggalkan Indra dan Vigo.
"Ta! Gue-"
"Udah, Ndra. Percuma kita tanya Tabita. Dia sendiri enggak tau Excel dimana," cegah Vigo. Ia mangut-mangut. "Sekarang gue percaya, itu anak emang brengsek."
💍
Tabita melangkah tak fokus menyusuri koridor hendek menuju kelasnya. Sesekali decakan kesal lolos dari mulut mungilnya. Moodnya hancur ketika segerombolan Vigo menghampirinya, bertanya tentang cowok itu. Mendengar nama cowok itu mampu membuat Tabita kesal bukan main. Sementara ketiga orang itu bertanya segala macam hal tentang Excel yang smaa sekali tidak Tabita ketahui, akibatnya ia jadi melimpahkan segala kekesalannya pada teman-teman Excel yang tidak tahu menahu masalah yang ia alami.
PRANK
Suara benda jatuh menyentuh lantai terdengar cukup keras. Tabita menunduk, terpaku pada serpihan pecahan benda di ujung sepatu converse-nya.
Tabita meringis. "Ma-maaf," lirih Tabita seraya mendongak, menatap orang yang tidak sengaja ia tabrak.
"Maaf-maaf. Bisa jalan gak sih lo? Tanggung jawab sama apa yang udah lo lakuin sama bedak gue," amuk Maya.
"Hellow, kakak. Anak tk aja tau jalan tuh pake kaki, kalo mata buat ngelihat. Masa' lo gak tau," balas Tabita menantang.
"Berani ya lo. Udah salah, bukannya minta maaf malah jawab. Gak sopan banget." Maya berkacak pinggal, menatap Tabita murka.
"Lah, ngebet banget gue sopan sama lo?" sungut Tabita. "Mimpi lo!" cetusnya.
"Oh, berani ya lo sama senior? Belum pernah di kasih pelajaran iya?!" sentak Maya.
Tabita menghela nafas. "Udah ya, May. Gue ngaku salah, gue udah minta maaf sama lo karena gak sengaja nabrak. Jadi, urusan kita selesai kan?" kata Tabita santai.
"E-e-e, mau kemana?" Maya menahan pundak Tabita. "Seenaknya aja lo main pergi."
"Wah, May. Nih anak kudu lo kasih pelajaran," ujar teman Maya berambut ekor kuda.
"Iya, langsung aja. Kelamaan basa-basinya," kompor teman Maya satunya lagi.
"Sabar, girls," kata Maya. "Tabita, maaf aja enggak cukup. Gue mau lo ganti rugi atas perbuatan lo barusan. Dan apa lo tau berapa harga barang itu?" Maya menunjuk percahan cermin di lantai
Tabita melirik ke bawah, pada pecahan benda itu. "Cuma kaca kan? Gampang lah ntar gue beliin di pasar loak."
"WHAT? Lo mau beli itu di pasar loak? Gak salah apa? Asal lo tau, itu kaca hadiah dari pacar gue!" seru Maya.
Tabita mendengus. "Terus?"
"Lo gak lupa kan siapa pacar gue?" picing Maya mengembangkan senyum licik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...