50.

3.3K 194 34
                                    

Siapin mental dulu.
Udah?
Okelah.

Satu

Dua

Tiga.

Mari kita menghalu bersama:)
Happy reading❤

.....


"Kita udah sama-sama dewasa, Rav. Waktu kita bakal sia-sia kalau cuma buat natap masa lalu yang gak mungkin bisa diubah,"
- Tabita Deora.

💍

Keluarga Zeralda tengah menunggu kedatangan keluarga Cadence di sebuah restoran ternama. Ravelo termenung ditempat. Berulang kali menghembuskan nafas berat. Malam ini adalah keputusan terbesar Ravelo.

“Mereka datang,” bisik Ana di telinga putranya.

Afton, Ana, dan Ravelo berdiri menyambut Darwin, Frida, Gael, dan Tabita yang baru saja tiba. Mereka saling menjabat tangan, tapi tidak dengan kedua orang itu. Tatapan mereka bertemu, tidak lama, kemudian gadis berbandara merah itu segera memalingkan muka.

"Mari duduk." Afton mempersilahkan.

"Hai, bro. Lama gak ketemu." Gael bertos dengan Ravelo. "Btw, thank you ya kemarin udah mau jagain Bita selama Papa, Mama sama gue pergi."

"Sama-sama, Bang," balas Ravelo melirik gadis yang duduk di depannya. Ia sama sekali tidak menoleh kearahnya. Ravelo tersenyum kecut, jangan terlalu berharap. Ia memang patut mendapatkannya.

Hidangan yang sudah dipesan terlebih dahulu oleh Ana datang tak lama kemudian. Sambil makan malam, mereka mulai membahas pokok pembicaraan yang menjadi tujuan acara makan malam ini.

"Jadi, bagaimana dengan kelanjutan rencana kita, Afton?" tanya Darwin lebih dulu memulai.

Afton menghentikan gerakan tangannya yang ini mengambil ayam bakar madu. Ia menatap satu persatu orang yang duduk bersamanya.

"Ya ... saya rasa mereka ini sudah cukup dewasa untuk memilih pasangan masing-masing. Dan tugas kita sebagai orang tua adalah mendukung keputusan mereka yang terbaik," tuturnya.

"Maksud kamu?" tanya Frida.

"Jangan tanya saya. Tanyakan pada Ravelo dan Tabita," balasnya, kemudian menyuap sesendok nasi dan lauk ke dalam mulut.

Darwin, Frida, Ana, dan Gael memandang bergantian antara Ravelo dan Tabita. Menunggu jawaban yang akan terlontar.

Sementara kedua orang itu saling beradu tatap. Manik mata hazel itu seakan menghipnotis Ravelo. Membuat Ravelo kembali melihat setiap kesalahan yang pernah ia perbuat.

Semakin Tabita menatap ke dalam mata elang itu, potongan-potongan memorinya dengan Ravelo kembali berputar. Kenangan manis mereka. Ravelo yang selalu mengulang kesalahan, dan bodohnya Tabita justru...

"WOY!" sentak Gael memukul meja. Gemas sendiri dengan tingkah adiknya dan Ravelo.

"Hah?" Ravelo terkejut. Begitu pula Tabita.

"Apaan sih? Malu-maluin tau gak," cibir Tabita melayangkan pelototan tajam pada kakaknya.

"Gimana keputusan kalian?" Kali ini Frida yang bertanya.

Beberapa saat tidak ada yang bersuara. Hingga Ravelo menarik nafas lalu berkata, "Dalam hidup ada beberapa hal yang enggak bisa kita atur dan tentukan. Kebahagiaan, nasib, perasaan, masa depan. Semua itu rahasia Tuhan," ujar Ravelo.

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang