"Jangan ciptain rasa kecewa kalo lo gak siap kehilangan."
-anonim💍
Tubuhnya bergetar menahan tangis, rambutnya berantakan. Penampilannya sebelas dua belas sama orang gila. Sorot matanya kosong menatap ke depan. Ia melangkah gontai tanpa tujuan. Tidak tahu sedang di daerah mana ia sekarang.
Tabita Deora Cadence, gadis pemilik nama tersebut kini terlihat sangat hancur. Ia merasa menjadi orang paling lemah dan bego karena selama ini telah salah menilai seseorang hanya dari apa yang terlihat olehnya. Tabita pernah mendengar pepatah; Terkadang apa yang terlihat oleh mata tidak sesuai realita. Sekarang ia mengerti makna ucapan itu.
Satu jam yang lalu, lelaki yang ia cintai benar-benar meruntuhkan kepercayaannya, mematahkan hatinya, dan menyakiti fisiknya. Mengganti perasaan Tabita yang semula sangat mencintai laki-laki itu berubah menjadi benci.
Excel.
Tabita benci nama itu. Lelaki brengsek itu memutuskan begitu saja hubungan mereka, dengan mengeluarkan kata-kata pedas yang sempat membuat Tabita tidak percaya bahwa Excel mengatakan itu dihadapannya. Tidak hanya itu, perdebatan sengit mereka berujung Excel melukai Tabita dengan tamparan, lalu meninggalkan Tabita begitu saja di tepian jalan yang tidak ia kenal. Membiarkan Tabita sendirian dalam sunyinya malam tanpa tahu jalan pulang.
Tabita sempat ketakutan. Ponselnya mati, tidak bisa menghubungi teman atau pun sanak keluarga. Jalanan tempat Tabita berada sekarang juga amat sepi, hampir tidak ada orang yang melewati. Kalau pun ada, pengendara motor yang sengaja mengencangkan kecepatan motornya. Tidak tahu alasannya karena ketakutan melewati jalan sepi atau takut melihat Tabita yang berjalan seperti mayat hidup.
Lelah berjalan, Tabita berhenti. Menghempaskan bokongnya pada bangku taman. Entah bagaimana akhirnya ia sampai di taman ini setelah cukup lama berjalan asal. Kedua tangannya bertumpu pada pinggir bangku, kepalanya pening akibat jambakan Excel yang tidak ia duga. Kata-kata pedas Excel terus terngiang.
"Keluar!"
"Loh, ini kan belum sampai rumah kamu," kata Tabita bingung. Pasalnya tadi Excel bilang ingin mengajak Tabita ke rumahnya. Tapi kenapa sekarang malah menyuruhnya keluar dari mobil?
"Bannya bocor," alibi Excel.
Tabita ber-o, percaya saja dengan omongan Excel. Ia lalu keluar dari mobil tanpa rasa curiga sedikit pun, setelahnya Excel segera menutup pintu mobil kemudian melaju.
Tabita tentu saja terkejut, ia berlari mengejar mobil Excel."Eh, Excel. Stop! Kok aku ditinggalin sih," serunya melambai-lambaikan tangan.
Mobil tak kunjung berhenti. Nekat Tabita berdiri di depan mobil menghalangi Excel pergi. Ia memukul-mukul kap mobil. Sampai sang empu berdecak, Excel keluar menghampiri Tabita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...