"Rumah tangga gue mau, Ta?" celetuk Ravelo.
💍
Gadis berambut kucir kuda itu sedang menunggu kedatangan kedua temannya di depan gerbang rumah. Hampir satu jam ia menunggu namun yang ditunggu tak juga memunculkan batang hidungnya.
Tabita menggeram kesal. Akhirnya memutuskan untuk menelpon Fay.
“Sori banget, Ta. Gue dadakan ada acara sama nyokap, lo tau sendiri kan akibatnya kalau gue nolak dia," jawaban Fay ketika Tabita bertanya dimana cewek itu sekarang.
Maka Tabita beralih menelepon Aurel dan jawaban yang ia dapatnya sama mengecewakan.
“Ta, gue pengen banget ke rumah lo sekarang. Tapi Alvin maksa gue buat nemenin beli topi. Dia ngancam gue lagi. Sori ya, Ta.”
Tabita berdecak. Memasukkan ponselnya ke dalam tas.
“Nyebelin banget punya temen dua," gerutunya sambil berbalik memasuki rumah.
TIN TIN
Tabita terlonjak ketika motor sport putih berhenti di sampingnya. Lelaki berkemeja merah itu melepas helm full-facenya. Lalu merapikan poni rambutnya ke samping. Beberapa saat Tabita terbengong. Ia seakan baru saja melihat serangkaian tingkah model photoshoot.
“Ayo.”
Tabita mengerap beberapa kali. “Ke-mana?”
Ravelo menghela nafas. Menunjukkan ponselnya yang berisi sederet pesan yang ia kirim sekitar dua jam yang lalu ke nomor Tabita. Dan rupanya cewek itu belum membukanya.
Ravelo:
Ta
Mandi!
Gue kerumah lo satu jam lagi
“Ngapain sih?” tanya Tabita merengut.“Jemput lo," sahut Ravelo.
“Iya kemana?”
“Ada lah. Ayo naik."
“Gak mau ah, lo main rahasiaan gitu. Males gue," tolak Tabita.
“Ikut aja. Daripada mubadzir dandanan lo. Beli foundation kan mahal.”
“Gue gak pake foundation!" elak Tabita.
"Ya udah. Ayo!"
"Kemana?"
“Pokoknya gue gak berniat nyulik lo.” Ravelo memberikan helm Winnie the pooh. Tabita sejenak mengamati helm itu. Ravelo bahkan masih menyimpannya dengan baik. Ia lalu mengambilnya.
“Tapi kemana? Kemana Ravelo?” desak Tabita terus menerus.
Ravelo memejamkan matanya sejenak. “Kencan,” balas Ravelo asal.
💍
“JANGAN NGEBUT-NGEBUT! LO MAU BUAT GUE JATUH?” seru Tabita di boncengan Ravelo. Ia mencengkeram besi belakang motor, jantungnya berdesir merasakan angin yang berembus saking cepatnya laju motor Ravelo.“MANGKANYA PEGANGAN!” balas Ravelo.
“Modus lo. Bilang aja mau gue peluk-peluk,” tuduh Tabita.
“Terserah. Gue ngebut lagi kalau gitu.” Ravelo menancap gas
“IYA IYA, GUE PEGANGAN. PUAS LO!” Tabita meneguk saliva-nya kasar. Mencengkeram kedua sisi kemeja bawah Ravelo.
Ravelo tertawa puas di balik helm full-facenya. Ia menarik kedua tangan Tabita agar lebih memeluk pinggangnya. Cewek itu jelas mencibir. Ravelo tidak peduli. Biarkan sebentar saja ia menikmati posisi ini. Nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...