14

5K 320 10
                                    

Maaf kalo partnya kepanjangan. Bingung mau potong bagian mana, jadi besok aja sekalian revisi hehe..

Happy reading tayang:)


💍


"Gue gak percaya Excel ngomong gitu ke elo," celetuk Alvan.

Ravelo, Wildan, Zafran, Alvin, dan Alvan kini tengah berkumpul di warjok mang Ipul. Membahas seputar Excel yang tadinya mereka kira ingin membuat keributan dengan Ravelo.

Wildan dan Alvin berinisiatif untuk melayani Ravelo demi mendapat maaf dari cowok itu. Ravelo sendiri tidak keberatan dengan tingkah kedua temannya. Justru menyuruh Wildan memijat punggungnya dan Alvin menyuapi makanan serta minuman yang dia inginkan.

"Gak mungkin si bangsat ngomong sok baik gitu. Pasti ada sesuatu," ujar Wildan.

Alvin mengangguk setuju. "Bener. Pasti ada upil dibalik hidung lo, Wil." Alvin mendapat hadiah berupa lemparan kacang dari Wildan.

Wildan refleks memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang hidungnya. "Tau aja lu, upil onta," kata Wildan membersihkan tangannya di baju seragam Alvin.

"Jorok lu!" sentak Alvin menyingkirkan tangan Wildan.

"Apa yang bakal lo lakuin, Rav?" Zafran bertanya pada Ravelo yang mengedikkan bahu.

"Menurut gue nih. Lo bales perlakuan Excel," saran Alvan.

"Maksud lo?"

"Ya kan Excel ngomong gitu ke Ravelo, itu udah masuk dalam bentuk penghinaan secara halus," ucap Alvan.

Alvin mengangguk-angguk antusias. "Gue setuju ama Alvan. Lo bales si Excel dengan cara yang halus juga."

"Gimana tuh?"

Alvan menjentikkan jari. "Rebut Tabita."

"Goblokmu, sama aja lo nyari mati," seru Wildan.

"Yaudah...emm..." Alvan berpikir sebentar. "Ungkap semua kelakuan brengsek Excel ke Tabita."

"Nah, tumben pinter otak lo." Alvin menanggapi.

Ravelo menoleh. "Darimana lo pada nilai Excel brengsek?"

"Ah elah, keliatan kali. Mana ada cowok jaman sekarang yang enggak brengsek?" cibir Wildan.

Benar. Kaum hawa setuju dengan fakta itu. Bahkan Ravelo sekali pun.

"Lo juga?"

"Eh, gue juga cowok ya? hehe." Wildan nyengir.

"Jadi, Rav. Lo mata-matain Excel. Cari tau apa yang dia lakuin diluar ataupun dalem sekolah. Kumpulin bukti-bukti yang bisa memperkuat tuduhan kalo Excel itu emang beneran cowok brengsek yang enggak layak buat Tabita. Langkah terakhir, baru tuh lo kasih tau semuanya ke Tabita," tutur Wildan.

Ravelo memutar bola mata malas. "Lo pikir gue upin ipin yang suka main detektif-detektif'an?"

"Siapa tau, Rav. Coba dulu," bujuk Alvan.

Ravelo menolak tegas. "Gak."

Alvin menelan gorengan dimulutnya cepat-cepat. "Ini tuh strategi biar lo gampang deketin Tabita lagi."

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang