EXTRA PART | Masih Jogja |

3K 158 20
                                    

JANGAN LUPA BACA AUTHOR NOTE DI BAWAH YA
Selamat membaca!
Enjoy, guys!

💍

“Bagus gak?” tanya Tabita keluar dari kamar mandi. Ia menunjukkan dress kain bermotif batik fauna dengan perpaduan warna putih dan hijau. Cocok untuk bersantai di pantai.

“Bagus,” tanggap Fay melirik sebentar, kemudian kembali fokus membuat alis.

“Lucu banget, beli dimana?” tanya Naya. Pacar Wildan sekarang.

“Di malioboro kemarin,” jawab Tabita masih mematut dirinya di depan cermin. Memastikan penampilannya sempurna.

Kemudian ia duduk di dekat Fay, hendak make-up sebelum acara barbeque di mulai.

"Eh, Rel," panggil Tabita teringat sesuatu.

"Hm," sahut Aurel yang sedang bermain ponsel diatas kasur. Disaat yang lain sibuk berdandan, Aurel hanya mengenakan celana pendek putih, baju putih, dengan luaran kardigan pantai yang menjuntai hingga bawah lutut. Tak heran jika ia dijuluki paling tomboy diantara teman-temannya yang feminim. Jarang make-up dan selalu berpenampilan santai adalah ciri khasnya.

"Gue mau nanya." Tabita berhenti mengoleskan blush-on di pipinya, lalu menghadap Aurel.

"Hm?”

“Serius tapi.”

Aurel melirik sekilas. Tabita pikir itu kode jika Aurel siap mendengar pertanyaannya.

"Lo kenapa bohongi gue pagi itu? Pakai bilang Ravelo mau berangkat lagi,” tanya Tabita. Akhirnya ia mengungkapkan juga pertanyaan yang sejak kemarin menghantui pikirannya.

Aurel beralih fokus dari ponselnya. Membalas pertanyaan Tabita dengan mengangkat bahu. "Lo dengar sendiri kan, itu rencana Zafran," balasnya.

"Iya tapi kenapa?" desak Tabita penasaran.

"Kalau gak gitu, lo gak akan jujur sama perasaan lo sendiri. Kita cuma gak mau lo kehilangan kesempatan dan akhirnya lo bakal nyesel,” ujar Aurel.

Memang benar. Hari itu Zafran tiba-tiba meneleponnya. Ia pikir itu kerjaan Fay yang meminjam ponsel kekasihnya. Tetapi rupanya memang Zafran yang menghubunginya. Aurel semakin merasa aneh karena Zafran meminta bantuannya untuk merencanakan pertemuan Tabita dan Ravelo. Tanpa pikir panjang Aurel menyetujui permintaan Zafran. Orang seacuh Zafran saja turun tangan, berarti memang ada yang harus diluruskan.

“Ih, gue penasaran tau. Ceritain dong, Rel," rengek Tabita.

“Aduh, males lah panjang ceritanya," tolak Aurel beranjak menjauh dari Tabita.

“Gue kepo lah, anjir.”

“Tanya aja sama Zafran," sahut Fay.

“Dih, ogah. Liat mukanya aja udah kicep dulu gue.”

“Wkwkwk,” sahut Fay selalu merasa bangga saat orang lain segan dengan sang pacar.

"Walaupun gue gak tau apa-apa. Tapi percaya deh, Kak. Temen-temen kakak lakuin semua itu juga demi kakak,” tanggap Naya. Gadis cantik yang lebih muda satu tingkat dari mereka semua. Sosok yang pemberani tapi bar-bar itu mampu merubah Wildan jadi playboy insaf.

Tabita mengerucutkan bibirnya sebal. "Gue nggak tau harus bilang makasih atau marah sama kalian."

"Makasih lah. Lo disini kan berkat kita,” sentak Fay.

"Tapi tetep aja nyebelin," erang Tabita menendang selimut sebagai pelampiasan. "Tega banget lo pada liat gue kayak orang gila di bandara."

Malu sendiri Tabita ketika mengingat kejadian di bandara. Ia yang sudah olahraga jantung dari kafe ke bandara dalam waktu sesingkat-singkatnya. Mengorbankan keringat dan air mata. Tabita pikir saat itu ia benar-benar akan kehilangan Ravelo untuk yang kedua kalinya. Hatinya sibuk merutuki penyesalan yang akan segera datang. Tapi justru ia berhasil masuk ke dalam jebakan yang dibuat teman-temannya.

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang