16.

4.7K 209 6
                                    

"Rava Rava, liat deh brownies bikinan Bunda! Cantik kan?" Ana menghampiri Ravelo yang sedang menonton acara televisi sepulang sekolah.

Ravelo melirik malas Bundanya yang memamerkan sepiring berisi brownies buatannya sendiri. Aroma harum menyeruak hingga ke indra penciuman. Penampilan browniesnya juga cukup meyakinkan kualitasnya. Ravelo lantas mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Bundanya tadi.

"Kamu ganti baju gih, tolong anterin kue ini ke rumah tante Frida," suruh Ana.

"Gak tau alamatnya," jawab Ravelo.

"Halah, masa' rumahnya calon mertua gak tau," ujar Ana mencolek bahu Ravelo. "Udah ya, jangan bikin bunda ngomel karena kamu nolak."

Ravelo mengubah posisi duduknya. "Suruh Wildan aja."

"Lagi tidur kasian, maghrib baru pulang sekolah capek. Kamu aja cepetan ganti baju," alasan Ana memaksa.

"Aku juga capek, Bun." gerutu Ravelo dalam hati.

Dia dan Wildan pulang sekolah bersama. Sepupunya yang tidak tahu diri itu langsung menyerobot masuk ke kamar, dengan seenaknya mendengkur diatas ranjang king size Ravelo. Sehingga mau tidak mau Ravelo mengalah tiduran di sofa ruang tamu.

"Ayo, lelet banget sih. Mau Bunda sita motornya?" ancam Ana mulai kesal.

Ravelo menghela nafas, meregangkan otot-ototnya berusaha menghilangkan kantuk yang sempat menyerang, kemudian beranjak masuk ke kamar. Berganti celana panjang serta mengambil kunci mobil.

💍

Sepenasaran dan sekecewa apapun Tabita, ia tetap berusaha ingin membicarakan masalahnya baik-baik dengan Excel. Siapa tahu Tabita hanya salah paham. Maka dari itu, ia memutuskan mengajak Excel bertemu di malam minggu ini. Tetapi jawaban menolak cowok itu yang mengatakan dirinya sedang ada acara keluarga, semakin membuat Tabita mendesah kecewa.

Tabita keluar dari kamar dengan wajah ditekuk. Mengundang rasa penasaran Darwin, Frida, dan Gael yang tengah kompak berkumpul menonton acara film keluarga di televisi.

"Muka lo gausah dijelek-jelekin udah jelek, Ta," ledek Gael begitu Tabita duduk dikarpet yang melapisi lantai ruang tamu.

"Kenapa kamu?" tanya Darwin penasaran.

Frida menepuk-nepuk pahanya menyuruh Tabita mendekat. "Sini duduk. Cerita ada masalah apa," kata Frida lembut.

Tabita menyandarkan kepalanya di paha Frida. "Kenapa sayang?" tanya Frida.

Tabita menggeleng pelan.

"Putus sama pacarnya kali." Gael menyahut, lalu menyambar popcorn diatas meja.

"Kamu putus sama cowok jelek itu?" Darwin terkejut, tapi kemudian ia tersenyum senang. "Alhamdulillah," ucap Darwin memanjatkan syukur.

Tabita merengut. "Papa doanya jelek."

"Biarin wlek." Darwin menjulurkan lidah.

"Kamu bisa diem gak sih? Anaknya lagi sedih bukannya dihibur malah diaminin," omel Frida. Tabita tersenyum menang dapat pembelaan dari Mamanya yang paling tahu keadannya sekarang.

Frida menyisir surai Tabita. "Ada masalah apa?"

"Enggak ada, Ma," kukuh Tabita tetap menggeleng tidak mau menceritakan yang sebenarnya.

"Terus wajahnya kok gitu?" Darwin makin penasaran.

"Cuma lagi badmood," bohong Tabita.

"Wih wih, gayaan pake badmood segala. Palingan juga gabut kan lo malem minggu dirumah," seloroh Gael.

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang