Vote + komen pertama di bab ini aku follback akun wattpad
Happy reading🖤
Kasih tau kalau ada typo dan kawan-kawannya:).....
Membangun cinta ataupun jatuh cinta, dua-duanya sama saja. Butuh perjuangan, penuh sakit. Tapi aku tidak pernah menyesalinya. Karena aku bersamamu.
- Ravelo Arjanta. Z.
💍
Siang hari mereka tiba di Kota Istimewa Yogyakarta. Si kembar sudah mempersiapkan segalanya dari mulai sopir dan mobil pribadi yang siap mengantar mereka kemana saja, juga villa tempat nenek Alvan dan Alvin yang akan menampung mereka selama liburan.
Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah Keraton Ngayogyakarta. Kerajaan kuno yang penuh sejarah kota Jogja. Lalu berlanjut ke Benteng Vredeburg yang telah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda. Kemudian mereka mengunjungi pasar tradisional Beringharjo.
“Ini namanya jamu tresno langgeng. Lo berdua harus coba biar hubungan kalian langgeng sampai jenjang pernikahan,” ujar Alvan mengangkat dua gelas minuman berwarna hitam pekat.
“Amiin…” sahut yang lain kontan berseru.
Tabita dan Ravelo tersenyum tipis. Mengambil masing-masing segelas lalu meneguknya bersamaan.
“Enak?”
“Huek.” Ravelo menyemburkan jamu dari mulutnya. Sementara Tabita meringis merasakan pahit teramat.
“Pahit…” Tabita cepat-cepat meneguk sebotol air mineral.
Alvin, Alvan, Wildan, Naya, Aurel, Fay, dan Zafran tertawa. Puas mengerjai kedua sejoli itu.
“Beneran ini jamu biar langgeng?” tanya Ravelo mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangan.
“Ya enggaklah, lo kalau mau langgeng ya harus berjuang bareng. Bukan malah minum jamu,” sahut Alvin masih tertawa bahagia diatas penderitaan temannya.
“Emang ini jamu apa sebenarnya?” tanya Tabita.
“Sambiloto. Salah satu jamu terpahit disini," sahut Alvan.
“Tolol lo, anjir,” maki Ravelo merasa di bohongi.
“Eh, coba dong. Penasaran gue.” Wildan menyahut gelas milik Ravelo lalu meneguknya.
Tidak sempat menelannya, ia sudah menyemburkannya. “Bwah, sumpa ini lebih pahit dari kenangan masa lalu,” kelakarnya.
“Alahh, masa lalu aja ingatan lo. Marahin tuh, Nay,” suruh Fay pada Naya.
Naya menyentil kepala Wildan membuat cowok itu mengaduh kesakitan.
“Udahan yuk. Besok lagi,” celetuk Zafran tengah duduk di bangku penjual jamu. Wajahnya terlihat kelelahan.
“Nanggung, jalan bentar udah sampai malioboro,” tukas Aurel.
“Pegel ini.” Zafran memijat kakinya sendiri. Wajar, ia tidak pernah berjalan sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...