11.

5.8K 244 9
                                    

"Sori, gue belum bisa melepas lo sekarang, karena sebelum itu gue harus mastiin pengganti gue nantinya adalah seseorang yang benar-benar baik buat lo."
-Ravelo

💍

Ravelo berjalan tenang di koridor dengan menenteng kantung plastik pesanan Fay untuk Tabita. Pandangannya lurus ke depan mengabaikan tatapan kagum beberapa murid SMA Silcos Adiwijaya ataupun murid dari SMA lain yang datang untuk menyemangati tim futsal mereka yang sedang bertanding. Beberapa ada yang terang-terangan memuji paras tampan Ravelo bahkan sampai tersipu malu padahal Ravelo tidak melakukan tindakan apapun.

Wajah datar dan sorot mata tajam adalah andalan Ravelo setiap kali merasa terganggu. Hingga para kaum hawa pengagumnya memilih memperhatikannya dari kejauhan daripada mendapat sesuatu yang tidak mengenakan dari Ravelo.

Tetapi lama-kelamaan Ravelo mulai jengah ditatapan sebegitunya oleh orang-orang sekitar. Ia berdecak, memilih berbelok ke koridor sepi dekat ruang musik sebagai jalan pintas. Lorong sempit yang jarang dikunjungi. Terkenal seram dan angker.

Ia melangkah santai sambil bersiul. Tidak peduli dengan hantu-hantu yang mungkin berada di kanan kirinya.

"Gue gak bisa gini terus, Excel. Secara enggak langsung lo ngekang gue dengan perjanjian itu."

Ravelo menghentikan siulannya. Mendengar suara dari dalam ruang musik yang pintunya sedikit terbuka. Ia tidak asing dengan suara cewek itu.

"Lo protes padahal kita udah sama-sama setuju?"

Kali ini suara lawan bicaranya yang Ravelo yakini adalah seorang laki-laki.

"Bukan berarti lo bisa ngelakuin apa aja ke gue."

Tubuh dan pikiran Ravelo tidak bisa berkompromi, ia ingin meneruskan langkahnya ke tujuan awal, tapi rasa penasaran membawa kakinya berhenti di depan pintu ruang musik. Ravelo segera bersembunyi begitu melihat dua orang laki-laki dan perempuan berambut curly dikucir kuda sedang berdebat.

"Kenapa? Lo harusnya bersyukur, masih ada orang yang mau nolong elo dengan ikhlas."

"Ikhlas lo bilang? Setiap malam, bahkan hari lo jadiin gue layaknya babu lo. Itu yang lo bilang ikhlas?" sembur cewek itu emosi, diakhiri kalimat umpatan tepat didepan wajah lawan bicaranya. "Brengsek."

Cowok itu terkekeh sebentar, dan detik itu Ravelo sadar siapa dia sebenarnya. Cowok yang selama ini ia kenal sebagai pacar dari Tabita. Excel.

Sementara cewek itu tidak lain adalah Maya, teman sekelas Ravelo yang berani terang-terangan mengungkapkan rasa suka padanya. Cewek itu terlihat menahan amarah sekaligus air mata yang hampir jatuh membasahi pipinya.

Ravelo masih tetap mengintip dari celah pintu ruang musik saat Excel bergerak maju mencengkeram pipi Maya.

"Apa bedanya sama lo? Gue lebih baik daripada cewek murahan yang gak punya harga diri," balas Excel.

Maya melepas paksa tangan Excel. Menuding wajah tampan Excel penuh murka. "Lo, adalah orang paling gak punya hati. Wajah itu cuma topeng dari keburukan lo. Gue harap Tabita secepatnya sadar kalo cowok kesayangannya ini gak lebih dari seorang bajingan."

Excel menepis tangan Maya dihadapannya. "Cewek cupu itu gak akan tau, sekalipun dia tahu. Bukan masalah. Gue akan dengan senang hati buang bekas boneka mainan gue ke orang yang lebih membutuhkan."

Ravelo tanpa sadar mengepalkan tangan disamping jahitan celananya. Secepatnya ia pergi dari sana. Walaupun ingin sekali ia menonjok muka Excel lalu menyumpal mulut berengsek itu dengan kaos kaki Wildan yang tidak pernah dicuci selama sebulan.

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang