"Gak usah ngatain gue, kalo lo sendiri juga brengsek."
-Excel💍
Gosip tentang perjodohan yang melibatkan seorang murid baru dan pacar ketua tim futsal SMA Silcos Adiwijaya masih hangat dibicarakan. Bahkan, beredar pula isu mengatakan Ravelo pindah sekolah dari Jerman tidak lain tujuannya ingin dekat dengan Tabita, calon tunangannya.
"Ganteng ganteng, sukanya ngerebut pacar orang," cibir seorang cewek yang melewati meja tempat Ravelo duduk bersama teman-temannya.
"Ih, bukan cowoknya yang bermasalah, tapi ceweknya yang kecentilan." Teman cewek itu menyahut.
Ravelo meremas gumpalan kertas ditangannya. Rahangnya mengeras, menegaskan kemarahan yang sedang ia tahan. Muak. Satu kata yang tepat untuk menjabarkan isi hati Ravelo.
"Jangan didengerin, Rav. Mereka cuma sok tau, gak ngerti masalah yang sebenernya terjadi," ujar Alvan mengelus-elus punggung Ravelo.
Tidak bisa. Bukan hanya dia yang mendapat penilaian jelek. Tabita juga, dan itu yang membuatnya bertambah marah. Padahal Ravelo sudah berusaha tidak menampakkan diri dihadapan Tabita yang pastinya lebih muak darinya.
"Iya juga sih, cewek centil kayak Tabita kenapa beruntung banget direbutin dua most wanted." Lagi, segerombolan cewek itu terang-terangan membicarakan Ravelo dan Tabita.
Sambil melirik Ravelo, yang lain ikut menimpali. "Pake pelet kali."
Ravelo memejamkan mata, ia menggebrak meja. Tapi suara Wildan membanting buku paket terdengar lebih keras. Sampai-sampai Zafran tersedak mie ayam yang sedang ia makan.
"WOY DARIPADA NGOMONGIN DIBELAKANG MENDING TANYA LANGSUNG SINI SAMA YANG BERSANGKUTAN. JANGAN SOK TAU JADI ORANG," seru Wildan gemas. Menatap garang cewek-cewek para biang gosip SMA Silcos.
"KALO ENGGAK JAUH-JAUH SANA YANG NGEGOSIP!" imbuh seseorang tak kalah seru.
Empat orang cewek tersebut segera pergi, masih dengan mulut yang tidak berhenti mencibir. Yah, namanya juga cewek. Menggosip adalah hal yang paling seru dilakukan.
Ravelo, Alvin, Alvan, Wildan, dan Zafran baru menyadari kehadiran Maya dimeja mereka.
"Sejak kapan nenek gayung disini?" tanya Alvin disertai sindiran.
Maya tidak menggubris pertanyaan Alvin, ia tersenyum pada Ravelo. "Ravelo, aku boleh kan duduk disini?"
Ravelo tidak membalas. Ia menatap Maya aneh. Teringat kejadian di club Zafran semalam. Ravelo tidak berhasil mendapatkan jawaban dari Maya. Cewek itu keburu kabur setelah mereka keluar dari toilet.
"Lepasin!" Maya berontak.
Ravelo semakin menggenggam lengan Maya kencang. Tidak mau melepaskan. "Lo jujur sama gue baru gue lepasin."
Maya menatap Ravelo memohon. "Ravelo, aku emang suka sama kamu, tapi untuk kali ini maaf aku gak bisa kasih tau ke kamu." Setelah mengatakan itu, Maya melepas paksa genggaman tangan Ravelo. Berlari menuju tempat dimana Excel dan teman-temannya berkumpul.
"Heh belum diijinin main nyelonong aja," kata Wildan membuyarkan lamunan Ravelo.
"Mak lampir ngapain sih tiba-tiba nongol?" Alvan menatap Maya tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
أدب المراهقينKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...