Bukan jatuh cinta padamu yang aku sesali. Tapi pertemuannya. Kenapa kita saling dipertemukan jika pada akhirnya harus dipisahkan kembali.
- Tabita Deora. C.
💍
Tabita duduk manis di sebuah kafe tak jauh dari rumah sambil memandangi pesan Aurel tanpa berniat membalasnya. Ia melirik jam dinding di kafe tersebut. Pukul 09.25. Tiga puluh lima menit lagi pesawat Ravelo lepas landas. Ya, dia tahu. Wildan dengan senang hati memberitahunya dengan mengirim pesan singkat tadi malam. Teman-temannya mungkin berharap Tabita akan datang untuk mengucapkan salam perpisahan pada Ravelo. Tapi tidak, ia lebih memilih menikmati langit pagi ini dengan secangkir kopi.Lonceng di atas pintu kafe berdenting. Seorang perempuan berambut panjang memasuki kafe. Ia melihat cewek itu duduk sendiri sambil menyeruput kopi. Pandangannya kosong. Perempuan itu tersenyum, menghampiri Tabita.
"Gue boleh ngomong sama lo?"
Tabita berjengkit, terkejut. Lalu, ia mengangguk pelan. Mempersilahkan gadis jelita dengan pulasan make-up sedikit tebal itu duduk dihadapannya.
"Ta," panggilnya membuat Tabita menoleh.
"Gue..." Maya menggantung ucapannya. Menatap Tabita serius. "gue minta maaf," ucapnya tulus.
Tabita mengernyit. "Bu-at?"
"Gue minta maaf atas segala perbuatan jahat gue ke elo. Maaf kalo kata-kata gue sering bikin lo sakit hati. Maaf karena gue juga udah ngerebut tunangan lo. Gue emang cewek serakah, Ta." Maya menunduk. Ia begitu menyesali perbuatannya.
"May," lirih Tabita memegang tangan Maya. Ia masih berusaha mencerna setiap perkataan Maya.
"Gue udah maafin lo dari jauh hari. Gue tau semua kelakuan lo itu adalah bentuk rasa takut lo kehilangan Ravelo. Jujur, dulu gue pernah ada diposisi lo, gue pernah ngerasain takut kehilangan seseorang yang gue sayang," tuturnya.
Maya tersenyum tipis. Melepas genggaman tangan mereka. "Sebenarnya gue gak akan mungkin jadi pacar Ravelo kalo bukan karena lo."
"Gue?"
Maya mengangguk. "Awalnya emang gue yang ngejar-ngejar Ravelo. Dan lo pasti bisa tebak reaksinya. Tapi hari itu, Ravelo tiba-tiba nemuin gue. Dia tau semua yang gue lakuin sama Excel dibelakangan lo."
"Maksud lo?"
"Selama lo pacaran sama Excel, dia gak benar-bener sayang sama lo. Dia cuma manfaatin lo buat popularitas. Namanya makin dikenal sebagai kapten futsal setelah pacaran sama lo. Padahal kenyataannya, kita menjalin hubungan dibelakang lo."
"Jadi selama ini, lo rela jadi selingkuhan?" Nada bicara Tabita meninggi.
Maya menggeleng cepat. "Gue bahkan bukan pacarnya, Ta."
"Lah."
"Excel emang sempat nyatain perasaannya ke gue. Tapi dia itu saudara gue satu-satunya. Gak mungkin gue pacaran sama dia."
Tabita mengerjap. Semakin bingung dengan jalan cerita Maya. Bagian ini, kenapa Excel tidak pernah cerita padanya?
"Gue gak ngerti. Terus apa hubungannya sama Ravelo?"
"Selama Ibu gue dirawat dirumah sakit, Excel yang nanggung semua biaya pengobatan. Karena gue cuma tinggal berdua sama Ibu, dan kita enggak mampu bayar. Sebagai imbalan, Excel maksa gue temenin dia tiap kali mau pergi ke club. Nemenin dia judi, minum."
"Excel pernah..."
"Enggak. Gue masih punya harga diri untuk ngelakuin itu," potong Maya mengerti arah pertanyaan yang akan Tabita ajukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...