Sebelum mulai ceritanya, aku mau ngucapin terima kasih buat komen dan respon kalian di bab sebelumnya. Lucu-lucu dan gak jelas komen kalian, tapi selalu bikin aku senyam-senyum sendiri, haha.
Okelah, kalau gitu
Happy reading❤
Kasih tau kalau ada typo
Enjoyyy!...
"Tabita, give me one more happy memory. Even though it's not a happy ending."
Tabita melepas genggaman Ravelo seraya tersenyum manis.
"Selama ini gue selalu mencoba menghindar dari lo. Segala hal gue lakuin biar lo kesel, terus menjauh dari gue. Tapi ternyata, lo malah makin gencar ngejar gue," kata Tabita.
"Kemana kaki lo melangkah,"
"Lo akan selalu ada disamping gue, itu yang biasa lo katakan sebelum kabur ke Jerman," potong Tabita.
"Sekarang gue ganti. Kemana kaki lo melangkah, gue akan berputar mengeliling lo. Di depan, di belakang, di samping, dari sisi manapun gue ada. Gue mau memastikan lo aman, gue mau selalu ada disaat lo butuh teman dalam keadaan apapun," tukas Ravelo.
Keduanya saling menatap dalam. Kemudian Tabita memalingkan wajahnya seraya tertawa pelan. Ia mengembangkan senyum.
"Maksud senyum lo itu apa?" tanya Ravelo kebingungan.
Senyum Tabita semakin mengembang. Mata Ravelo melebar sempurna.
"Lo bersedia terima gue jadi pacar lo lagi?"
"What? Pacar?" seru Tabita terkejut. "Dua kali gue menjalin asmara, dan dua-duanya berakhir tragis. Gue belum siap terima lo jadi pacar, maaf, Rav," ujarnya.
Pupus sudah harapan Ravelo. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku kereta mini.
"Tapi kalau buat-apa tadi kata lo? Give me one more happy memory. Even though it's not a happy ending dan lo mau jadi temen gue di segala situasi, ya... okelah," imbuh Tabita.
Ravelo cengo. Ia mengerjap beberapa kali. Mulutnya terbuka, tidak tahu harus menjawab apa.
Tabita tertawa melihat Ravelo bingung ingin membalas apa saking senangnya.
"Oke oke, lo gak perlu jawab apa-apa. Cukup buktiin ke gue kalau gue gak akan nyesel karena udah kasih satu kali kesempatan lagi buat lo," tukas Tabita.
Ravelo mengangguk yakin. Ini seperti mimpi, meskipun Tabita menolaknya. Setidaknya cewek itu telah memberinya satu kesempatan. Dan Ravelo bertekad untuk membuktikan yang terbaik.
"Makasih, Tata," ucapnya memanggil Tabita dengan panggilan kecilnya.
"Sama-sama, Rava," balas Tabita melirik Ravelo.
💍
"Bang, Bang, besok lagi jangan suruh dia foto sama ular ya. Kalau sampai dia kenapa-napa bakal berurusan sama gue. Dia sekarang milik gue." Ravelo berkata pada pawan ular ketika mereka melewati kandang ular untuk keluar dari area kebun binatang.
Tabita melihat tangannya dalam genggaman Ravelo. Berani sekali cowok itu melakukannya pada Tabita. Tapi ia tersenyum, mengijinkan Ravelo menariknya kemana saja sesuka hati Ravelo.
"Bang, arum manisnya lima ya, buat Tatanya Rava," pesan Ravelo pada penjual arum manis di depan pintu keluar.
"Eh, satu aja, Bang." Tabita meringis.
Usai membeli arum manis, mereka beralih masuk ke dalam toko aksesoris dan boneka serba binatang. Tabita tidak tahu tujuan Ravelo mengajaknya ke sini. Ia memperhatikan cowok itu memilih-milih boneka sambil menikmati arum manis yang baru saja dibeli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...