24.

4.5K 221 7
                                    

"Gue sayang juga gak bego-bego amat, Rav."
-Tabita

💍


Suara bising orang bercakap-cakap bahkan berteriak, membangunkan Ravelo yang tengah tertidur pulas. Ravelo menguap lebar sambil menggeliat guna meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Perlahan kelopak matanya terbuka, tapi kemudian memejam lagi. Ia mengucek kedua kelopak matanya dengan jari. Menengok ke sumber kebisingan, nampak keempat cowok sedang heboh dengan aktifitas masing-masing.

Zafran dan Alvin bermain PS sambil berteriak heboh, eng ... sebenarnya Alvin dan Wildan yang terlibat adu mulut mengomentari game sepakbola yang sedang mereka mainkan. Sementara Zafran fokus mengalahkan musuh dalam game, sesekali ia mengumpat saat Alvin menyerangnya. Alvan yang paling tenang, duduk di sofa dengan kaki menjulur ke atas. Berkutak pada laptopnya yang menampilkan serial anime kesukaannya dan tangan kirinya yang memegang bingkisan snack.

"Akh..." rintihan Ravelo terdengar saat ia berusaha bangun dari posisi tidurnya. Ravelo memegang kepalanya yang berdenyut kencang, seakan mau meledak saking pusingnya.

"Eh, kebo udah bangun." Alvan yang pertama kali menyadari Ravelo bangun, ketiga temannya ikut menoleh.

"Kenapa, Rav? Pusing?" tanya Wildan.

Ini anak pake nanya!

"Hahaha, apaan deh. Baru minum tiga gelas udah tepar. Banci," ledek Alvin tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv LED.

"Sok-sok'an sih, pake nyoba-nyoba segala," timpal Wildan sembari merebut snack Alvan.

"Punya gue, anjing!" maki Alvan berusaha merebut miliknya kembali.

"Pantesan gak pernah minum, ternyata emang gak bisa," seloroh Zafran.

Game over. Kata keramat itu terpampang jelas di layar tv. Zafran melempar stik PS sembarangan. Tepat mengenai kepala Alvin, cowok itu uring-uringan sendiri. Zafran tidak peduli, ia menghampiri Ravelo yang sudah kembali memejamkan matanya di atas tempat tidur.

"Semalem gue ngapain?" Ravelo bertanya pelan, masih memejamkan mata. Tidak perlu memastikan, Ravelo dapat menebak orang yang duduk di tepi tempat itu adalah Zafran.

"Mabuk. Lo berhasil minum tiga gelas minuman dengan kadar alkohol sedikit," jawab Zafran sambil membalas pesan di ponselnya.

Tawa terdengar. "Tuh kan, anak mamah ya anak mamah aja, gak baik ke club gak ajak-ajak. Makan tuh karma," ejek Alvan semakin menjadi.

Ravelo berdecak kesal. Ia menyandarkan lengannya di atas dahi.

"Ini dimana?"

"Apartemen gue," jawab Zafran.

Separuh kelopak mata Ravelo terbuka. "Lo punya obat pusing?"

Zafran mendongak. "Punya. Lo masih pusing?"

Ravelo mengangguk. Zafran menyentil dahi Ravelo.

"Awh, gue lagi pusing, goblok!" umpat Ravelo mengusap dahinya.

"Mampos. Mangkanya jangan keras kepala.," cetus Zafran melengos pergi. Masih kesal karena semalam harus menggendong Ravelo sampai kamar apartemennya. Belum lagi sepanjang malam ia tidak bisa tidur, terganggu oleh suara rintihan Ravelo.

"Aduh pusing pala barbie pala barbie ou ou ou...pusing pala barbie pala barbie ou ou ou..." nyanyi Wildan diimbuhi jogetan ala-ala Wildan. "Dedek pusing bang, pijetin dong." Wildan bergelanyut manja pada pundak Alvan.

"Hih, jijik," cibir Alvan menonyor kepala Wildan agar menjauh.

"Kok jijik sih, dedek udah bela-belain basah kuyup malem-malem nyari abang terus ngejar penjahatnya. Tapi enggak ketemu, terus malah mabuk, gini balasan dari abang?!" kata Wildan bermaksud meledek Ravelo. Gaya bicaranya dibuat-buat mirip banci kurang belaian.

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang