"Enggak sepantasnya gue khawatir dengan yang namanya mantan."
-Ravelo💍
Keesokan harinya Tabita masih tetap berangkat sekolah bersama Ravelo. Bermodal masker dan kacamata agar tidak ada yang mengenalinya. Berbeda dari kemarin, kini wajah Tabita tampak lebih ceria.
Tabita tampak semangat 45 melangkah di sepanjang koridor menuju kelas IX IPS-1. Menaruh tasnya di kursi sebelah Fay, lalu menarik paksa kedua temannya ke luar kelas. Ia tidak mendengar omelan Fay dan Aurel yang meminta untuk berhenti. Tabita baru melepaskan cekalan tangannya pada lengan Fay dan Aurel saat mereka sampai di tribun lapangan sekolah.
Biasanya tempat itu sepi seperti kuburan, tetapi kali ini lapangan sekolah tampak sangat ramai dengan sorakan murid-murid SMA Silcos atau pun SMA lain yang juga ikut datang menyemangati tim mereka yang akan bertanding. Beberapa tim futsal juga sedang berkumpul di sisi lapangan. Menunggu acara pertandingan futsal antar sekolah dimulai.
"Ngapain sih kita disini?" tanya Aurel.
"Nonton futsal lah," jawab Tabita.
"Ramai banget, panas lagi." gerutu Fay melindungi wajahnya dengan telapak tangannya dari sinar matahari yang menyengat. "Pindah aja yuk."
"Gak mau. Ini udah tempat paling strategis buat liat pertandingannya," tolak Tabita.
"Lo mau liat pertandingannya apa liat pacar lo doang?" kata Aurel.
"Dua-duanya." Tabita tersenyum lebar.
Fay memutar bola mata. "Tau gitu gue gak ikut. Panas, ramai, banyak polu-"
"Ssssttt lo diem bisa gak sih? Udah mau mulai tuh."
Aurel menepuk-nepuk bahu Fay. "Turutin aja."
Fay mengalah, ia membiarkan Tabita ikut bersorak menyemangati tim SMA Silcos. Lebih tepatnya tertuju pada kekasihnya.
"YE AYE EXCEL SEMANGAT! KAMU PASTI BISA!" teriak Tabita dengan segala tingkah konyolnya.
"AYO REBUT BOLANYA, JANGAN SAMPAI KALAH."
"EH EH KOK GITU, CURANG IH."
Wildan yang kebetulan berdiri disebelah Tabita bersama teman-temannya mengusap-usap daun telinga. "Heh, kunyuk. Gausah teriak-teriak juga dong! Berisik tau gak?" serunya didukung Alvin dan Alvan dengan anggukan kepala.
Ravelo yang juga berada disana diam saja. Tidak banyak protes. Entah sejak kapan keempat cowok famous itu berdiri disamping Tabita, Fay, dan Aurel.
"Suka-suka gue," sahut Tabita menjulurkan lidahnya.
"Dikasih tau ngejek. Kualat lo," kelakar Alvan.
Tabita tidak menggubris. "AYO EXCEL SEMANGAT SAYANG."
Alvan geleng-geleng kepala melihat tingkah Tabita "Astaghfirullah, baru juga dibilangin,"
"Alay ih alay," sindir Wildan bergidik.
"Gak tau malu, dasar," imbuh Alvin.
"Heh, kenapa lo pada sewot?" sentak Tabita berkacak pinggang.
"Suka-suka gue." balas Alvin mengikuti jawaban Tabita.
"Pergi lo! gausah modus deket-deket gue," usir Tabita.
"Ge-er banget modusin lo. Mending modus sama yayang Aurel, iya gak?" Alvin mengedipkan mata pada Aurel.
Aurel memutar bola mata malas. Selalu ia yang menjadi sasaran empuk Alvin. Maka dari itu ia benci harus bertemu dengan cowok playboy kurang belaian seperti Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravelo [COMPLETED]
Teen FictionKata mereka, masa lalu tidak akan pernah bisa di ulang. Apalagi dengan orang yang sama. Tidak akan seindah dulunya. Hingga suatu hari kedua orang tuanya memaksa Ravelo pindah sekolah dari Jerman ke Indonesia. Tanpa sepengetahuan Ravelo, Kedua orang...