3.

9.4K 429 4
                                    

"Jujur, aku rindu tatapan tajamnya yang dulu membuatku terpesona, sebelum akhirnya aku berpaling."
-Tabita

💍

Pintu salah satu toilet perempuan terbuka. Tabita keluar sambil membenahi rompi cokelat muda yang membalut kemeja putih, seragam siswa SMA Silcos Adiwijaya.

Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi. Excel mungkin sudah menunggu di depan gerbang untuk pulang bersamanya. Tabita melangkah meninggalkan toilet. Menyusuri koridor seorang diri. Sementara kedua temannya sudah pulang lebih dulu.

Di depan toilet laki-laki. Ujung sepatunya menginjak benda kecil berbentuk kunci. Rupanya sebuah kunci motor dengan gantungan boneka kecil kepala ayam berwarna kuning.

Tabita mengambil kunci tersebut. Mengusap boneka kepala ayam yang sedikit kotor terkena pijakan sepatu. Satu lagi yang membuat Tabita mengernyit. Gantungan kunci berlambang huruf 'T'.

"T?" gumam Tabita.

Sambil terus melangkah, Tabita memperhatikan kunci motor yang ia temukan. Merasa pernah melihat benda serupa. Ia mencoba menggali memori otaknya.

Ah, Tabita ingat sekarang. Gantungan kunci itu miliknya. Dulu, sebelum ia menjadikan gantungan kunci motor Ravelo saat masih duduk di bangku SMP kelas IX.

Eh tunggu!

"Ravelo?" tanya Tabita pada diri sendiri.

Mantan kekasihnya itu?

Tabita jadi berpikir jika murid baru itu memang benar Ravelo Arjanta Zeralda. Dengan berat hati ia akui sebagai orang yang dulu pernah membuatnya jatuh hati sejatuh jatuhnya. Hingga berakhir kehilangan sosok itu.

Detik berikutnya Tabita menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak. Enggak mungkin."

Sebagian diri Tabita menolak berpikir terlalu jauh. Mungkin saja itu bukan si dia, bisa jadi orang lain dengan nama panggilan yang sama. Toh, orang di dunia pasti ada yang menggunakan nama yang sama. Yang harus Tabita lakukan cukup positif thinking saja. Ia yakin sosok itu tidak akan pernah muncul lagi dihadapannya. Mengingat konflik yang pernah terjadi diantara mereka.

💍

Ravelo merogoh saku celana seragamnya. Ia tidak menemukan benda yang diinginkan. Beralih mengobrak-abrik isi tas ransel. Hasilnya nihil. Ia tidak menemukan kunci motor miliknya. Kemana benda berharga itu menghilang?

Tidak mungkin tertinggal di dalam kelas. Ravelo ingat ia telah mengambilnya dari dalam loker sebelum keluar kelas. Kemudian buru-buru menuju toilet karena panggilan alam. Di depan toilet ia sempat mengangkat telepon dari bundanya sambil berjalan menuju parkiran hendak mengambil motor putih miliknya.

Satu kemungkinan yang terjadi. Kunci motor itu terjatuh saat Ravelo mengambil ponsel dari dalam saku. Tidak memperhatikan benda yang ikut keluar secara tidak sengaja.

Ravelo menepuk keningnya. Ia benar-benar ceroboh kali ini. Sekarang, bagaimana ia akan pulang jika motornya tidak menyala? Dan bagaimana motornya akan menyala jika tidak ada kuncinya? Jalan satu-satunya adalah kembali ke toilet untuk memastikan kunci motor itu masih disana sebelum orang lain mengambilnya.

Sementara di sisi lain, Tabita berdiri di depan gerbang. Termenung sambil menatap kunci dengan gantungan yang mengingatkannya pada masa lalu. Ia bahkan tidak menyadari keberadaan Excel yang sudah menanti di depannya sekarang dengan motor ninja miliknya.

Ravelo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang